Romantisme masa lalu
kerap membangkitkan selera, khususnya selera makan. Merasakan makan beralaskan
daun sebagaimana orang tempo dulu merupakan sensasi unik yang digarap oleh
restoran Alas Daun untuk menyajikan 200-an menunya.
![]() |
Menu di Restauran Alas Daun. |
Saat memasuki restoran, kita dipersilakan memilih lokasi.
Mau yang di teras, ruang terbuka yang menghadap dapur atau bisa di ruangan
privat. Setelah memesan meja, kita tidak disodori dengan daftar menu melainkan
langsung menuju dapur yang merangkap etalase makanan. Berjejer makanan khas
Sunda masih hangat terhidang seakan baru diangkat dari tungku.
“Kita menggunakan dapur terbuka, pengunjung bisa melihat
bagaimana kita memasak,” kata Asep, supervisor
Alas Daun. Aktivitas memasak ini merupakan keasyikan tersendiri untuk
menunjukkan bahwa hidangan yang tersaji memang masih segar.
Di sana kita bisa memilih menu dan pramusaji akan membantu
untuk membawanya ke meja yang kita tuju. Di meja inilah, sensasi itu dimulai.
Pramusaji membawa lembaran daun dan meletakkan di hadapan kita. Di atas lembaran
daun pisang tersebut makanan disajikan. Dan silakan menikmatinya dengan tangan
sebagaimana cara makan orang Sunda masa silam. Tapi jika tidak terbiasa, tetap
tersedia piring seperti biasanya.
200 menu tradisional
Bagaimana pun uniknya restoran, tetap saja rasa menjadi
pertimbangan utama konsumen dalam untuk datang lagi. Restoran yang didirikan 15
April 2011 ini menyajikan masakan tradisional Sunda, Manado dan Lombok. Walau
masing-masing punya ciri khas, tapi ketiganya sama-sama menghadirkan masakan
dari bahan segar. Bagi yang suka masakan tradisional Sunda, Alas Daun
memanjakannya dengan ragam menu yang sudah umum di masyarakat hingga menu masa
lalu yang sudah mulai jarang dijumpai. Menu umum misalnya ragam tumis, ragam
olahan dan daging dan ikan. Tidak ketinggalan tentunya dengan ragam sambal,
lalap daun poh-pohan dan pete. Untuk nasi, ada nasi merah dan putih yang
dihidangkan dengan bungkusan daun pisang yang dimasak.
Masakan Manado yang khas berupa tumis bunga pepaya juga bisa
kita temukan di sini. Selain itu juga masakan khas lombok yaitu sate
pusut. Yang unik adalah menu khas tumis
turuwuk. Merupakan masakan tumis berbahan rebung yang dimasak dengan santan dan
cabai hijau. Menu khas lainnya adalah tutut / siput sawah yang dimasak bumbu
kuning. Menu ini merupakan menu ‘rakyat’ di mana dulu petani Sunda kerap
mengonsumsinya. Karena siput bisa didapatkan dari sawah di mana sebagian
masyarakat sebagai petani.
Menu tersebut disajikan di wadah unik juga. Untuk tumisan
disajikan dengan wajan mungilnya. Sedangkan masakan lain disajikan dengan
piring kecil yang dialasi daun pisang. Fungsi daun pisang di sini bukan saja
pemanis, namun masakan yang diletakkan di daun pisang selagi panas akan
menghasilkan aroma yang lebih sedap.
Sedangkan untuk minuman, masih mengambil tema minumann
tradisional. Yakni bajigur, bandrek, es cincau dan es cendol. Selain itu juga
bisa memesan minuman ala café berupa ragam jus dan kopi.
Harga terjangkau
Nah, setelah mencicipi dan menikmati suasana di dalam
restoran, kita tidak perlu takut untuk nambah bila masih kurang. Karena kita
tak perlu memikirkan soal harga. Menu yang disajikan antara Rp 7000 hingga Rp
15.000 per item. Sedangkan harga minuman
Rp Rp 3.000 hingga Rp 12.000 per gelas / cangkir.
Dengan menu dan harga terjangkau ini, nyaris 150an bangku
yang tersedia kerap penuh terutama weekend.
Saat makan siang pun pengunjung juga banyak. Tidak hanya datang dari Bandung
saja, justru kebanyakan memang dari Jakarta. Mereka ada yang memang menikmati makan
atau bertemu dengan klien.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap konsumen, resto
ini juga membuka layanan delivery order.
Jadi kita bisa menikmati menu resto tanpa harus keluar rumah. Tersedia hotline yang bisa untuk memesan makanan
dan untuk pengirimannya akan dikenakan biaya tambahan. Sementara ini melayani
daerah Bandung saja. Di luar Bandung, kita juga masih bisa menikmati menu resto
ini yaitu di Bali sebagai cabangnya.
Silakan berkunjung
No comments:
Post a Comment