Peluang ikan Betutu: Sedikit Pesaing, Bisa Main Harga Tinggi - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Friday, January 11, 2019

Peluang ikan Betutu: Sedikit Pesaing, Bisa Main Harga Tinggi


Karena pembesaran betutu butuh  waktu lebih lama dibanding ikan pada umumnya, para petani enggan membudidayakan. “Kalau siklusnya panjang, berarti pasokannya tidak bisa masal.Padahal permintaannya membludak. Akibatnya harganya jadi mahal,” papar Afit petani ikan yang jeli memanfaarkan peluang.

Afit Kurniawan, peternak betutu di Sawangan Depok.
Para petani ikan di kawasan Sawangan, Depok hingga Parung, Bogor,  sentra  pemasok ikan untuk kebutuhan nasional ,  belum banyak mengenal dan membudidayakan betutu.  “Di sini baru saya satu-satunya petani ikan yang mencoba beternak ikan ini,” tutur Afit Kurniawan, peternak betutu di Sawangan Depok.

Berbekal modal tak lebih dari Rp 5 juta,  Afit  memulai budidaya betutu tahun 2009. Ide ini  didapat di dunia maya.  “Saya sering browsing di internet.  Ikan ini banyak dibicarakan di milis. Harganya pun menjanjikan,” tuturnya. Namun usahanya masih terkendala  keterbatasan suplai bibit.  Pasokan bibit tergantung dari penangkapan alam. “Kalau nangkap dari alam terus-menerus kan bisa mengganggu kelestarian. Lagi pula kapasitas stoknya tidak bisa dipastikan. Padahal, restoran dan importir butuh suplai rutin dan pasti,” ucapnya.

Betutu diminati lantaran memiliki daging lembut.  Sebagian besar masyarakat Singapura menganggap ikan ini berkhasiat meningkatkan fitalitas pria.  Menurut Max Korengkeng eksportir ikan betutu di Manado, seperti yang telah dilansir oleh www.metrotvnews.com, Singapura membutuhkan pasokan betutu 100 ton / minggu dengan harga Rp 300.000/ kg.

Peluang menganga lebar

Meski suplai bibit terbatas, tak  berarti pangsa betutu ciut.  “Pemenuhan kebutuhan restoran di Jakarta saja masih kekurangan.  Apalagi untuk pasokan ke Thailand, Singapura dan India,” tutur Afit.  Kondisi itu  ditangkap Afit sebagai  tantangan.  “Belum banyak pesaing dalam bisnis ikan betutu.” paparnya penuh rasa optimis. Pembesaran betutu yang  butuh  waktu  lebih lama, sekitar  8 – 12 bulan, dibanding ikan pada umumnya,  juga membuat petani ikan enggan membudidayakan.  “Buat saya  ini justru merupakan peluang. Kalau siklusnya panjang, berarti pasokannya tidak bisa masal. Padahal permintaannya membludak. Alhasil kita bisa bermain di harga tinggi,” papar Afit.
         
Selain membesarkan ikan betutu, Afit terus bereksperimen mendomestikasi dan memijahkan betutu.  Suplai bibit ia datangkan dari pengepul di Bogor dan Padang.”Mereka mendapatkan ikannya  dari alam.  Kalau pemijahan ini berhasil, pasti sangat menguntungkan,” kata pemuda kelahiran Wonosari, Yogyakarta itu. Saat ini ia memiliki 10 indukan dan sekitar 10.000 bibit berukuran antara 1 – 3 cm.  Sedangkan yang berukuran 10 cm atau berusia 3 bulan 100 ekor.
Bibit berukuran 1 – 3 cm dibanderol  Rp 500 / ekor.  Betutu ukuran 10 – 15 cm atau berusia 2, 5 bulan Rp 50.000 / kg.  Sedangkan betutu siap konsumsi berusia minimal 4 bulan dihargai  Rp 100.000 – 135.000/ kg.    Sekilonya berisi 2 – 3 ekor ikan,” imbuh Afit.
                                        
Perilaku & perawatan

Terkait  karakternya yang pendiam, betutu tak membutuhkan kolam besar. Kolam gede  justru menghambat pertumbuhan betutu, lantaran kesulitan menangkap mangsa. Karena sifatnya yang nocturnal,  mereka aktif mencari mangsa pada malam hari.  “Sebaiknya kolam dibuat di tempat teduh.  Dipasang pipa paralon sebagai tempat persembunyian.  Tak perlu dikasih lampu,” kata Afit menyarankan.

Proporsi jumlah ikan  dalam setiap meter kolam adalah  10 – 15 ekor dewasa. Sedangkan  kolam  berukuran 1 m2 cukup untuk menampung bibit betutu  ukuran 1 – 3 cm,  sebanyak 1.000 – 2.000 ekor.  Kedalaman air yang ideal sekitar 25 – 30 cm.

Meskipun pertumbuhannya lambat,  betutu tergolong ikan bandel yang  tak mudah diserang penyakit.  Ini bisa menekan ongkos produksi, terutama biaya pengadaan obat-obatan, kondisioner air dan irigasi.  “Airnya cukup menggenang saja.  Air hujan pun tidak masalah, soalnya betutu cenderung menyukai  air yang agak asam.  Paling-paling harus diganti kalau air sudah terlihat berbusa,” katanya

Kolam pembesaran  milik Afit berukuran tak lebih dari 3 x 3 m.  Dari kolam tersebut,  ia  memanen betutu sekitar 20 kg.  Dengan harga jual Rp 135.000/kg,  berarti omzetnya Rp 2,7 juta.  Saat ini Afit telah memiliki penampung, yang  akan menjual ikannya ke restoran.  Penampung lain berposisi di Batam.  Ia adalah eksportir ikan betutu ke Singapura.

No comments:

Post a Comment