Budidaya Walet: Miliaran Rupiah Dari Liur Burung - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Monday, January 14, 2019

Budidaya Walet: Miliaran Rupiah Dari Liur Burung


Ini jenis usaha  yang tak ada matinya.  Pangsa pasar luarnegeri masih terbuka lebar.  Usai berinvestasi, peternak hanya menunggu panen.  Harga sarang walet kualitas super dibandrol Rp 13 juta / kg.

Proses sortasi sarang walet
Budi Adjisalim B.Sc,  warga Serang, Banten, salah satu pengusaha sekaligus pionir bisnis sarang walet di Indonesia memaparkan, hingga sekarang Indonesia menjadi pemasok sarang walet terbesar di dunia.  “Tak kurang 80% sarang burung walet yang beredar di dunia adalah hasil petani Indonesia. Itupun, hinggga saat ini kita masih selalu mengalami kekurangan pasokan,” kata pria berusia 46 tahun ini.  Pangsa pasar terbesar  adalah Cina. 

Pada kisaran tahun 1983 Budi sudah mencoba membudidayakan walet.  Saat itu  masih banyak orang belum mengetahui potensi bisnis sarang burung walet.  Peluang ini hanya diketahui orang-orang tertentu saja. “Dulu saya sering berkunjung ke Pulau Bangka dan Belitung.  Disana banyak sarang burung walet, tapi masyarakat setempat mengusir burung-burung tersebut dan membuang sarangnya. Mereka menganggap burung kok bikin kotor,” tutur Budi .

Krismon dongkrak harga

Bekerjasama dengan Dr. E.Nugroho, peneliti sarang walet dari IPB,  Budi melakukan sosialisasi manfaat sarang burung walet.  Pria ini kemudian mengajak masyarakat yang tinggal di sentra-sentra sarang burung walet bekerjasama berbisnis sarang burung.  Tahun 1984  harga jual sarang burung walet belum begitu mahal “Masih berkisar antara Rp 2 juta – 3 juta / kilo,” kata Budi yang menamai  usahanya  Eka Walet.  Ketika krisis moneter  tahun 1998, harganya melangit  Rp 28 juta / kilo.  “Banyak orang kaya mendadak karena sarang burung walet,” katanya.  Akibatnya, semakin banyak orang tertarik membudidayakan burung walet.  Harga pun akhirnya normal lagi pada kisaran Rp 14 juta – 15 juta / kg.

Eka Walet menjual berbagai sarana budidaya walet.  Antara lain  anak dan telur walet. Harga telur dan anak walet sama,  Rp 9.000 / pasang atau /2 ekor anak. Selain itu Budi juga menampung  sarang burung walet dari petani dan siap memasarkan ke luar negeri.  Eka Walet siap membantu calon pengusaha walet untuk berkonsultasi, mencari lokasi dan mendesain rumah walet.  

Meski idealnya  walet  dibudidayakan di kawasan perkebunan, persawahan dan di daerah pantai yang banyak terdapat serangga, di  daerah perkotaan pun bisa.  “Syaratnya cuma satu, yaitu banyak terdapat sumber makanan,” kata Budi. Burung walet gemar menyantap berbagai serangga dan mencari makanan dalam jarak jangkau puluhan kilo meter.  “Jadi dia tidak terpengaruh jarak sumber makanan, asalkan tempat tinggal atau rumah yang disediakan nyaman,” imbuh Budi.

Panen sepanjang tahun
Penghasilan bersih dari setiap kg sarang walet Rp 14juta – 15 juta. Biasanya 1 kg terdiri atas  120 sarang.  Beternak burung walet tidak perlu repot  menyediakan pakan, memberi vaksin, obat, listrik. Setiap 2 ekor burung menghasilkan 1 sarang.  Menurut pengalaman Budi, dalam setiap tahun petani dapat panen raya sebanyak 3 kali.

Pemakaian sarang burung walet palsu sangat membantu pengusaha.  Saat sarang sudah besar, namun telah berisi telur,   bisa dipanen lalu diganti dengan sarang palsu.  Dengan cara seperti ini, burung walet bisa tetap berkembangbiak di rumah walet. 1 sarang dihasilkan setiap 1 bulan.  Kualitas sarang ditentukan oleh warna dan tingkat kebersihannya. 

Di Pulau Jawa, daerah yang potensial yaitu di kawasan Pandeglang, Serang, Balaraja, Panimbang.  Kawasan Sumatera dan Kalimantan kualitasnya bagus.  Sarang burung dibedakan menjadi beberapa kelas.  Yaitu super, segitiga, dan mangkok.  Yang berwarna putih  (super) dihargai paling tinggi. Sedangkan  yang berbentuk segitiga harganya lebih murah.  Sarang ini dihasilkan karena menempel di bagian suduh rumah.  Setelah disortasi, sarang dibersihkan dari kotoran bulu, lalu di oven supaya kering dan tidak berjamur. 

Setiap bulan menghasilkan 4 -5 kg / rumah walet.  Untuk menambah kapasitas produksi, Budi menjalin kemitraan dengan petani sebagai plasma.  Setiap bulan Budi rutin mengekspor sarang walet sebanyak 100 - 150 kg.  Dengan asumsi harga jualnya sekitar Rp 14 juta / kg,  omzet yang diperoleh  lebih dari semilyar rupiah perbulannya. Anda  tertarik?


No comments:

Post a Comment