Inilah salah satu bentuk
kreasi dan inovasi baru usaha kafe kopi. Dengan konsep menyuguhkan kopi
di area terbuka, usaha ini
membidik kawula muda dan komunitas mobil tua sebagai pasarnya. Praktis, bisa
berpindah tempat mengikuti keberadaan para pelanggannya.
![]() |
Mobil VW Combi disulap menjadi sebuah Cafe. |
“Usaha ini saya mulai November tahun 2010. Dalam benak saya terbesit, banyak orang minum
kopi di mall dengan harga
mahal. Kenapa tidak, minum
kopi di luar ruangan dengan harga terjangkau,” kata Rahadika Widya Nugraha (22), pemilik Coffee Combi di Bandung. Bagi Dika,
panggilan akrabnya, minum kopi
tidak harus mahal sebab bahan bakunya berlimpah. “Kafe
berjalan” ini memberikan
sensasi minum kopi dimana saja. Di
pinggir jalan, di kampus maupun di kawasan taman kota.
Ide usaha ini tercetus karena
Dika bersama
kakaknya menemui kendala
tempat ketika akan membuka usaha.
Saat itu harga sewa tempat
cukup mahal, sehingga bisa mengurangi margin usaha. Kedua pengusaha muda ini lalu mencari solusi di dunia maya. “Saya cari kesana-kemari.
Akhirnya menemukan model usaha
jualan kopi dengan mobil yang sudah diterapkan di Thailand,” kata Dika. Akhirnya ia memutuskan mengadopsi model usaha
tersebut dengan memodifikasi
mobil VW.
Yang pertama di Bandung
Usaha ini mengusung tagline First mobile coffee shop in
Bandung. Selain menjadi sebuah
keunggulan, model bisnis seperti ini juga memiliki nilai strategis lain. “Mobil saya desain dengan brand.
Jadi ketika mobil tersebut beroperasi, secara tidak langsung saya telah
melakukan branding,”papar Dika. Mengapa memilih mobil VW ? Karena selain mobil ini
memiliki kapasitas besar, di Bandung populasi komunitas penggemar VW banyak.
Dengan cara seperti ini Dika menarik simpati mereka, sekaligus merupakan bentuk pemasaran yang unik.
Baca Juga: Sensasi Aroma Zaitun Kuliner Khas Maroko
Meski bisa dibilang warung jalanan, kualitas kopi
yang disungguhkan tak kalah dengan kopi di kafe dan mall mewah. “Kami
menggunakan kopi Arabika Aceh. Biji kopi kami datangkan langsung dari pemasok
di daerah asalnya,” papar Dika. Selain
menyediakan kopi, Coffee Combi juga menjual varian ice
blend misalnya green tea
matcha frappe dan oreo ekspress. Kedua minuman tersebut menjadi hidangan
favorit Coffee Combi. Harga kopi yang
disediakan berkisar antara Rp 5000 – Rp 15.000/cup. Selain minuman Dika
juga menjual makanan ringan. Diantaranya yaitu berbagai sajian berbahan
cokelat.
Membidik kawula muda
“Siapa saja bisa menikmati kopi di Coffee Combi. Itu alasan kami
memberikan harga terjangkau,” tandas Dika. Walau demikian, tak
dipungkiri kalangan muda-mudi itu
merupakan target pasar yang potensial. “Muda-mudi
senang berkomunitas, juga familiar dengan social media. Hal-hal itulah yang menjadi pintu untuk menawarkan produk
kami,” tuturnya.
Lantaran konsep usahanya tergolong unik, proses
pemasaran produk ini kepada masyarakat bukan hal yang gampang. Depan
pintu 3 kampus ITB Jalan Ganeca, kawasan Juanda, dipilih jadi
tempat mangkal pertama. Kafe ini buka setiap hari dari pagi hingga
pukul 19.00,
kecuali Minggu hanya dibatasi sampai pukul
15.00. “Karena banyak mahasiswa, saya pikir memulai pemasaran
di sana lebih tepat,” tuturnya. Di
lokasi tersebut, Coffee Combi mulai dikenal.
Efek pemasaran dari mulut-ke mulut
akhirnya berlangsung. Kedai kopi itu lambat laun ramai dikunjungi mahasiswa.
Saat ini omzetnya
mencapai Rp 15 juta – Rp 20
juta / hari. Hasil ini tergolong pesat,
mengingat usaha yang digeluti baru
berjalan 1 tahun. Bertepatan
dengan ulang tahun Coffe Combi, rencananya November nanti Dika akan menambah armada yang dioperasikan di Bogor. Cita-cita lain yang ingin dicapai, ingin meluaskan usahanya dengan cara kemitraan. Namun demikian, untuk mencapai cita-citanya
tersebut, Dika harus mempersiapkan secara matang. “Sistem harus sudah terbentuk. Sampai sat ini
kami terus memperkuat dan berbenah dalam soal manajemen,” kata Dika.
No comments:
Post a Comment