Budidaya Markisa Terpadu: Untung Menumpuk dari 4 Produk Markisa - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Wednesday, January 16, 2019

Budidaya Markisa Terpadu: Untung Menumpuk dari 4 Produk Markisa


Sirup, pupuk cair, pakan ternak, dan pakan ikan. Semua itu merupakan produk andalan PT Semesta Alam Petro, Semarang, Jawa Tengah.

Utomo, pemilik PT. Semesta Alam Petro. 
“Dari tiga produk itu, paling tidak saya bisa mendapat omzet Rp 500 juta – Rp 600 juta/ bulan. Dengan keuntungan bersih rata-rata 10%,” tutur Utomo, pemilik PT. Semesta Alam Petro.

Utomo mengawali sukses bisnis markisa dari pengalaman pahit tertipu kontrak kerja dengan pihak pengusaha Amerika. “Saat itu kami sudah menyepakati kontrak kerja dengan pengusaha Amerika untuk menanam markisa seluas-luasnya. Namun pada gilirannya (panen), mereka tidak menyanggupi pembelian, karena harganya tidak masuk,” papar pria ulet itu. 

Akhirnya, daripada merugikan petani, Utomo (52) bertekad membeli markisa itu. “Saya terpaksa hutang kesana-kemari. Tapi saya yakin kedepannya buah ini punya prospek bagus,” tuturnya optimis. Pengalaman itu justru menjadi langkah awal kesuksesan. “Saya jadi punya bakalan bibit dari berbagai lokasi, tahu cara mengolah markisa jadi sirup. Bahkan tahu cara memanfaatkan limbah markisa. Meskipun rugi, namun kami jadi lebih pinter,” katanya.

Zero Waste

Utomo bekerjasama dengan Universitas Diponegoro, dalam memanfaatkan semua bagian buah markisa secara maksimal. “Usaha kami bersifat zero waste. Atau tidak ada yang dibuang,” ungkap lulusan Fakultas Sastra UNDIP itu. 

Ada 4 produk yang dihasilkan, yaitu Sirup, POC (Pupuk Organik Cair), nutrisi ternak, dan nutrisi untuk lele. Produk sampingan dari markisa, yaitu pakan ternak dari kulit markisa.  Pupuk, probiotik ternak, dan probiotik ikan lele dihasilkan dari olahan sirup kedaluwarsa yang diretur. “Bahannya sama-sama dari sirup markisa kedaluwarsa. Hanya cara pengolahannya menggunakan strain bakteri berbeda,” paparnya. Diantaranya, Lactobacillus dan Sacaromices

Produk pupuk dijual ke petani binaan atau petani plasma. Tentu dengan harga murah.  Sebagai timbal baliknya, Utomo akan mendapatkan harga markisa yang miring pula. Pupuk cair organik berbahan markisa dihargai Rp 15.000/botol volume 500 ml. Satu karton berisi 20 botol bisa untuk budidaya markisa seluas 1 ha. Tanpa urea. Setengah bagian pupuk cair diaplikasikan saat pertama penanaman, bersamaan dengan pengairan. Separuhnya lagi disemprotkan ke bagian daun ketika tanaman tidak stres, yakni warna daunnya hijau tak pucat dan tumbuh tunas muda.  

Sirup markisa yang dihasilkan tergolong klasifikasi pure (saribuah murni) atau pulpy, 5 ton/bulan. Sirup 100% diracik dari buah markisa plus gula sebagai pengawet alami. Ia mengaku tidak menambahkan air. Sirup markisa dijual Rp 20.000/botol. Targetnya, pasar swalayan dan agen. Juga diekspor ke Singapura. Produk nutrisi ikan dan ternak diekspor hingga Kamboja.  Produksinya, 3.000 liter (3 ton) nutrisi ikan setiap minggu. Harga Rp 45.000/liter.

Setelah melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi, sirup markisa bertahan hingga 6 bulan tanpa bahan pengawet buatan. Sari buah atau pulpy tanpa gula diminati para penderita diabetes.  Produksi sirup pure lebih diarahkan untuk membuka lapangan kerja. “Pure atau pulpy juga saya pasarkan bagi peminat bisnis jus. Jadi tak perlu repot-repot blender. Tinggal tuang saja,” kata Utomo.

Ada beberapa varietas markisa yang dibudidayakan, yaitu markisa medan, markisa brazil berwarna kuning, dan markisa hasil silangan sendiri berwarna jingga. Varietas paling bagus yang berwarna jingga. Memiliki warna menyolok, aroma tajam dan buahnya mampu bertahan lama.

Sistem Kemitraan

Utomo juga menerapkan sistem kemitraan usaha tani, dengan menyediakan benih markisa dan pupuk kepada petani mitra. Hasil panen dari petani dibeli Utomo, sesuai harga yang disepakati. Dengan sistem kemitraan, pasokan markisa bisa kontinyu. Petani mitra tersebar di dataran tinggi dan dataran rendah. “Jadi ketika pasokan dari mitra di dataran tinggi minim, bisa ditutup dengan pasokan dari mitra di dataran rendah,” ujarnya.  

Setiap minggu, petani menghasilkan 5 kg markisa per pohon. Markisa petani dihargai Rp 2.250/kg. Jadi ketika petani memiliki 1.000 pohon, maka ia akan memanen rutin 5 ton markisa per minggu. Omzetnya Rp 11.250.000/minggu. Saat ini ada ratusan petani plasma di Jawa Barat (Garut, Sukabumi, Tangerang) dan Jawa Tengah (Pekalongan, Boyolali, Temanggung, Semarang). “Di Pekalongan saja, kebun kami seluas 160 ha,” kata pria yang akrab dipanggil Tomo itu.

Markisa mudah dirawat dan tahan hama penyakit. “Relatif minim risiko. Paling-paling busuk akar. Itu pun jarang terjadi,” kata Tomo. Tanaman ini juga mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran berketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Varietas markisa dengan buah ungu banyak dibudidayakan di dataran tinggi. Sementara markisa kuning dan jingga cocok di dataran tinggi. “Buah markisa dataran tinggi warnanya bagus. Jingga kemerahan.  Jadi kalau dibuat sirup, warnanya menarik,” ujarnya.

Tanaman ini bisa tumbuh di sembarang lahan. “Lahan subur sebaiknya untuk tanaman pangan,” katanya. Jarak tanam ideal 5 m x 5 m. Lahan 1.000 m2 bisa ditanami 50 pohon markisa.  Umur 6-9 bulan sudah berbunga. Usia produktif markisa mencapai 15 tahun. Syaratnya, harus dilakukan pemangkasan pada batang kering dan batang yang tidak produktif. Bila dibiarkan tumbuh alami tanpa pemangkasan, usai produktifnya hanya 5 tahun.

No comments:

Post a Comment