Virgin Coconut Oil Rumahan: Menopang Ekonomi & Kesehatan Keluarga - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Monday, March 4, 2019

Virgin Coconut Oil Rumahan: Menopang Ekonomi & Kesehatan Keluarga


Seiring  meningkatnya kesadaran masyarakat akan makanan sehat, produk virgin coconut oil (VCO)yang berkhasiat kesehatan ini  punya peluang menjanjikan. Sumarta  dan Wasirah  perajin VCO asal Sepaten, Kranggan, Galur, Kulonprogo, Yogyakarta membuktikan, usaha skala rumahan ini mampu menopang ekonomi keluarganya.  
 
Virgin coconut oil
Bahan pembuatan VCO adalah buah  kelapa. Cara pembuatan, kelapa dikupas lalu diparut untuk diambil santannya. Santan ini kemudian dicampur dengan sedikit VCO yang sudah jadi. Lalu  didiamkan selama sehari semalam. Jadilah VCO yang berbentuk minyak bening, sebening air mineral.

Meski proses pembuatan kelihatannya mudah,  jika dipraktekkan tidak segampang  yang dibayangkan. Memilih kelapa misalnya, harus yang benar-benar kering. Jika kurang kering, VCO yang dihasilkan akan cepat tengik (basi). Bahkan bisa jadi gagal. Selain itu, penempatan santan  mesti dalam suhu yang stabil dan tertutup rapat. “Jika syarat-syarat itu terpenuhi, hasilnya akan lebih bagus, bisa bertahan hingga setengah tahun”, kata Sumarta.
  
Saat ini dalam sebulan minimal Sumarta mampu mengolah 100 kelapa. Jumlah itu adalah dari pemesan rutin. Dari seratus kelapa itu dapat dihasilkan sekitar 7 hingga 8 liter VCO. Adakalanya omzet produksinya bisa lipat tiga jika datang pemesan insidental (tidak rutin). “Malah yang banyak itu yang dadakan. Hanya saja tidak bisa dipastikan, karena tidak rutin tadi”, paparnya.  Untuk menunjukkan identitas, digunakan label Marta Natural VCO. Marta diambil dari kependekan namanya .“Dari pemesan ada yang meminta curah dan konsumsi. Biasanya yang curah digunakan untuk keperluan masak atau yang lain”, lanjut Sumarta.

Terpuruk karena gempa
  
Ketrampilan membuat VCO diperoleh dari pelatihan yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahkan hingga beberapa tahun lalu, kawasan Sepaten dan sekitarnya, menjadi dampingan UGM, khususnya dalam pengembangan industri kecil berbahan baku kelapa.
  
Kawasan Galur dan juga Kulonprogo pada umumnya, dikenal kawasan pohon kelapa. Tak kurang dari tigapuluh perajin menggantungkan hidup dari produk tersebut. Produknya sempat terpajang di beberapa swalayan  Jogja. Sumarta sendiri saat itu setiap bulannya mampu membuat dan memasarkan lebih dari 100 liter.
  
Masa kejayaan itu surut setelah peristiwa gempa bumi 2006. Salah satu sebabnya adalah soal pemasaran yang waktu itu hanya mengandalkan order dan kurang mengembangkan pasar secara mandiri. Beruntung Sumarta jauh sebelumnya memiliki pembeli rutin,  sehingga tetap mampu bertahan hingga kini, di saat perajin lain kolaps. “Saat ini jumlah perajin bisa dihitung dengan jari,” kisah Ny Wasirah.
  
Dibanding dijual dalam bentuk kelapa atau diolah menjadi produk lain, menurut Sumarta lebih menguntungkan diolah menjadi VCO. Hitungan sederhananya, jika dijual dalam bentuk kelapa per bijinya harga saat ini Rp1.500 jika duabelas biji berarti Rp 18.000. Sedangkan jika dibuat VCO dapat menghasilkan 1 liter yang harganya bisa duakali lipat.

Dipasarkan online
  
Jika saat ini  usaha Sumarta tetap bertahan, bukan semata-mata karena alasan ekonomi, melainkan juga alasan kesehatan. Sebab selain membuat untuk dijual, dia juga memproduksi untuk dikonsumsi sendiri. “Setelah tahu manfaatnya, kami sekeluarga ikut mengkonsumsi sendiri.Setiap hari saya meminum satu sampai dua sendok makan VCO .Badan rasanya lebih berstamina dan sehat”, lanjutnya.
  
Tentu saja masih banyak manfaat lain dengan mengkonsumsi vco secara rutin. Misalnya membunuh virus penyebab  influenza, hepatitis C, campak, herpes, radang telinga dan tenggorokan, serta memuluhkan gejala keracunan. Bagi usia  tua, mengkonsumsi vco juga dapat melindungi dari penyakit osteoporosis. “Selain diminum langsung, vco juga bisa untuk memasak, misalnya menggoreng telur atau tempe. Sebagai pengganti minyak goreng”, jelas Sumarta.   
  
Saat ini Sumarta dan beberapa rekan sesama produsen VCO tengah berusaha membangun pasar kembali. Strategi itu antara lain melalui pembuatan website, mencetak brosur serta memperkenalkan produknya ke toko serta swalayan. “Karena itulah makanya saya buat merk atau label produk. Semoga jika langkah kami berhasil, akan berdamnpak juga pada produsen lain, sehingga Kampung Sepaten kembali dikenal sebagai produsen VCO”, ujarnya.

No comments:

Post a Comment