Pernyataan di
atas dibuktikan oleh Bondan Danu Kusuma SE, pengusaha susu
kambing di Yogyakarta. Apalagi ia melakukan modifikasi terhadap produk
susunya. Susu kambing disajikan dalam
bentuk STMJ, susu pasta, cokelat dan dicampur dengan buah. Terbukti,
ia
bisa mengantungi omzet Rp 3 – 3,5 juta
/hari dari usaha ini.
Suasana kedai susu kambing di Yogyakarta. |
Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya pengenalan susu
kambing kepada masyarakat yang secara telaten ia lakukan. “Banyak yang beranggapan susu kambing itu berbau
prengus. Padahal dengan cara penanganan yang benar
susu kambing sama sekali tidak prengus. Silakan cicipi segelas susu kambing murni
itu,” papar pria berusia 33 tahun tersebut.
Alumnus Fakultas Ekonomi UII, Yogya ini beternak
kambing PE (Peranakan Etawa) sejak 5 tahun lalu. Sementara pengembangan bisnis susu dimulai 27
Desember 2010. “Usaha ini berangkat dari
hobi kok. Saya ternak kambing untuk kontes,” kata Bondan. Ternyata usaha susunya lebih menjanjikan dibanding dengan
bisnis hobi untuk keperluan kontes. Terlebih setelah Bondan melakukan modifikasi
terhadap produk susunya. Susu kambing
disajikan dalam bentuk STMJ, susu pasta, cokelat dan dicampur dengan buah. Misalnya susu alpukat.
Kambing
dititipkan
Menurut penuturan Bondan, bisnis kambing bisa menghasilkan beberapa penghasilan. Dari
penjualan produk susu, daging, dan anakan.
Awalnya ia hanya memiliki 7 ekor kambing
Itupun hanya untuk keperluan kontes. Produk susu sebagai sampingan. Namun setelah mencicipi
untung dari bisnis susu, akhirnya Bondan mengembangkan bisnis susu kambing.
Saat ini ia memiliki 400 kambing, yang dititipkan kepada petani.
Cara pemelihara seperti ini mampu mengatasi
keterbatasan lahan yang dimilikinya serta berdampak positif lantaran mampu
meningkatkan ekonomi petani. Seorang
petani dititipi 4 ekor kambing. Ini jumlah
optimal karena bila melebihi 4 ekor, ada
kecenderungan kambing menjadi tidak terawatt sehingga produksi susunya berkurang. Dengan cerdas Bondan memilih petani tua bila dibandingkan petani
muda. “Kalau petani tua, bekerja untuk hidupnya. Sehingga ia bersungguh-sungguh. Kalau anak muda biasanya cenderung
malas-malasan. ngarit disambi sms-an,” tuturnya.
Untuk menjadi pengusaha susu, seorang pemula harus
memiliki minimal 60 – 70 ekor kambing. Seekor kambing mampu menghasilkan 1, 3 liter susu/tahun. Produksi akan meningkat setelah kambing
beranak. Produksinya mencapai 2 liter/ekor. Produksi susu menurun pada musim
perkawinan. Dengan sejumlah kambing yang
ia miliki, Bondan mampu memprosuksi susu sebanyak 60 – 75 liter / hari. Produktifitas susu mencapai puncak setelah beranak 3
kali dan akan menurun setelah beranak 7 kali.
“Kalau kambing yang beranak baru 1 – 2 kali itu masih ajaran.
Jadi produksi susunya masih sedikit, “tutur Bondan.
Untuk orang sakit dan sehat
Dalam peternakannya, ia memiliki 3 jenis
kandang kambing. Yaitu kandang
perkawinan, kandang untuk kambing hamil dan kandang untuk pemerahan. Bondan menepis anggapan bahwa susu kambing berbau
prengus. Menurutnya, aroma tak sedap itu disebabkan
kerena perawatan kambing tidak terjaga.
Terutama saat kambing memasuki masa produksi susu. “Sebenarnya
bau tak sedap ini karena
pengaruh kotoran, dan urin. Jadi sebaiknya kandang pemerahan harus
benar-benar bersih,” ungkapnya.
Pelanggan susu kambing yang rutin memesan, yakni konsumen orang sakit dan konsumen
keluarga. “Biasanya pelanggan sakit
membeli susu botolan dan datang pada siang hari. Sedangkan konsumen keluarga datang pada malam
hari dan memesan susu untuk dinikmati langsung di kedai,” kata Bondan.
Susu yang tidak habis masih bisa dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuat es krim. Dari hasil berdagang susu kambing ,
Bondan berhasil membeli tanah seluas
700m untuk menambah jumlah kambingnya. Omzet
harian yang ia peroleh berkisar antara Rp 3 – 3,5 juta. Pada hari libur dan weekend omzetnya bisa
mencapai Rp 5 juta. Saat ini Bondan
dibantu oleh 2 orang tenaga pemerah, 8 orang karyawan di kedai, dan 7 orang
mandor untuk perawatan kambing.
Cara pemasaran yang dilakukan yaitu dengan brosur
dan pameran. “Butuh edukasi dan
pengenalan kepada masyarakat. Soalnya
susu kambing tegolong produk yang masih baru dan belum dikenal secara luas oleh
masyarakat,” tuturnya. Untuk mendukung upaya tersebut, ia menyebar brosur 1000
eksemplar / hari. Dengan cara tersebut,
ia berharap masyarakat dapat
membaca berita tentang susu kambing setiap hari.
No comments:
Post a Comment