Awas! Diabetes dan Hipertensi Ancam Pasien Kena Komplikasi Gagal Ginjal - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Saturday, March 16, 2019

Awas! Diabetes dan Hipertensi Ancam Pasien Kena Komplikasi Gagal Ginjal


Pasien gagal ginjal atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) datang ke dokter biasanya sudah terlambat. Mereka tidak mengetahui bahwa ginjalnya sudah bermasalah atau rusak. Setelah ditelusuri, ternyata sang pasien punya riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan gula darah yang tak terkontrol atau diabetes. Atau bisa jadi keduanya, diabetes dan hipertensi.

Ilustrasi pemeriksaan gula darah (Istimewa)
Data ini terbukti dari catatan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI). Hipertensi dan diabetes menjadi ancaman terbesar pasien terkena komplikasi gagal ginjal.


"Diabetes dan hipertensi masih menjadi penyebab tertinggi gagal ginjal. Diabetes menyumbang 25 persen dan hipertensi 45 persen seseorang terkena gagal ginjal," kata
Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH, dalam konferensi pers, Rabu (13/3).

Ada juga penyebab lainnya seperti radang ginjal, meningkatnya penyakit metabolik, dan obesitas. Penyakit ginjal bisa disebabkan kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. 

"Penyakit ginjal kronik, biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun.
Pada awalnya tidak ditemukan gejala yang khas sehingga penyakit ini sering terlambat diketahui," ungkapnya.

Faktor risiko lain seperti glomerulonefritis, penyakit autoimun, merokok, dan lain-lain. Pencegahan PGK dapat dilakukan melalui pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan  primer yaitu program skrining yang bertujuan untuk mendeteksi masyarakat yang berisiko terkena penyakit ginjal. Sedangkan pencegahan sekunder dimaksudkan untuk mencegah para penderita PGK  mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih berat lagi, sehingga dapat mengurangi jumlah pasien yang harus menjalani terapi pengganti ginjal.


Oleh karena itu sangat penting untuk mengenali faktor risiko penyakit ginjal. Faktor risiko ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (dapat diubah) dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi yakni riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, kelahiran prematur, usia tua. Lalu faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti diabetes (tipe 2), hipertensi, konsumsi obat yang toksik untuk ginjal di antaranya obat penghilang nyeri, dan Napza.

"1 dari 10 orang di dunia mengalami PGK. Angka kematian dari tahun ke tahun meningkat. Yang cuci darah tahun 2016 ada 52 ribu lebih pasien dan tahun 2017 angkanya naik bertambah ada pasien baru 30 ribu lebih orang, tentu ini harus menjadi perhatian dunia," ujarnya.


No comments:

Post a Comment