Sebuah
bisnis langka ditekuni Vari Kusumo warga Pondok Indah, Jakarta,
mendokumentasikan masa kehamilan dalam
foto. Selain pasarnya masih terbatas (niche), tantangannya adalah membangun kepercayaan calon klien. Toh, usaha
sambilan yang dilakukan ibu rumah tangga dua anak ini cukup sukses.
Kondisi perut ibu wanita yang sedang hamil sangat indah untuk difoto. |
Jika banyak orang mendokumentasikan detik-detik kelahiran
si buah hati, yang dilakukan Vari Kusumo justru mengabadikan masa kehamilan dalam
sebuah jepretan kamera. Baginya, kondisi perut ibu wanita yang sedang hamil
sangat indah untuk difoto. Perempuan seharusnya bisa merasa cantik dan seksi
walau dengan kondisi perut yang membesar. "Saya percaya kehamilan adalah
karunia Tuhan, dan itu hal yang indah.
Jadi saya ingin membuat wanita merasa cantik saat hamil,”
tegas Vari. Alasan itulah
yang
mendasarinya terjun ke bisnis foto
kehamilan (maternity photography). Bahkan ia
sendiri juga mengabadikan dirinya
ketika mengandung anak pertamanya saat berada di Seattle, Amerika. Ia menyewa seorang fotografer lokal bernama Sandra Coan.
"Awalnya saya suka lihat foto-foto ibu hamil di internet, dan itu
bagus-bagus sekali. Saya pun ingin merasakan
pengalaman difoto saat hamil," ujar Vari.
Buka studio
di rumah
Momen di Seattle itu membuat
Bachelor of Fine
Arts dari Washington University tahun 2000 ini, bersemangat kembali mendalami fotografi. Sebelumnya ia pernah
berkecimpung
di bisnis wedding photography. Namun karena terlalu banyak menyita waktu terlebih setelah mempunyai anak, tahun 2005 ia memutuskan untuk menekuni
foto kehamilan (maternity photography). Dengan membuka studio foto di
rumahnya, ia bisa menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga sekaligus
menyalurkan hobinya.
“Keuntungan, bisa kerja juga sambil nyambi ngurus anak. Kenapa di studio, karena semuanya sudah lengkap. Kalau
mesti ke rumah klien kan repot karena saya mengerjakannya sendiri tanpa
asisten,” katanya memberi alasan. “Ayah
saya selalu pesan kalau sudah lulus kuliah jangan bekerja ikut orang, bukalah
usaha sendiri,” kenang ibu dua anak ini.
Menurutnya, saat ini bisnis foto kehamilan masih jarang
di Indonesia. Meskipun ada, namun setiap fotografer pasti memiliki style yang
berbeda dalam melihat suatu objek. “Saya lebih suka yang tampak elegan. Di luar
negeri sudah banyak sekali dan bagus-bagus, elegan, nggak kampungan, dan itulah yang saya cari,” akunya.
Berbekal pemikiran tersebut, ia mulai merintis bisnisnya sendiri. Lewat situs
Varikusumo.com, ia memasarkan jasa fotografinya. Sebuah kamera milik sendiri seharga
Rp 25 juta, peralatan studio senilai Rp 15 juta, menjadi modal awal yang harus
ia persiapkan. Ia juga mengikuti kursus fotografi untuk studio.
Kalangan menengah ke atas
Model
pertamanya adalah temannya sendiri yang sedang hamil. Vari
menawarkan foto gratis. Meskipun sempat ragu kenapa mesti difoto, akhirnya sang
teman setuju, karena mendengar penjelasan Vari kalau konsepnya tidak vulgar, namun terlihat indah
dan klasik. “Sesi pemotretannya
diselingi ngobrol agar lebih
rileks. Setelah fotonya dicetak, dia sangat kagum. Dia bilang, wow…! kok bagus ya?
Tidak terkesan porno atau vulgar, melainkan sangat elegan,” kata Vari menirukan
ucapan sang teman.
Insting feminin dan kelembutan perempuan ternyata sangat
bermanfaat dalam bisnis ini. Banyak calon klien
akhirnya memilih jasa seperti ini karena alasan sama-sama perempuan.
"Kalau fotografernya laki-laki, mereka biasanya agak canggung,” lanjut
wanita yang juga berprofesi sebagai pengusaha bisnis e-commerce ini.Vari mengaku selama ini kliennya kebanyakan berasal
Jakarta dan sekitar Pulau Jawa.
Vari mematok tarif mulai tidak menentu tiap bulannya. Kalau sedang
ramai bisa 4 – 6 kali order, tapi kalau lagi sepi, minimal satu order. “Kalau
dihitung rata-rata omset yang sering saya dapatkan sekitar Rp 4 – 15 juta per
bulan,” tambahnya.
No comments:
Post a Comment