Domino Wedding Card & Souvenir: Sepasang Pengantin Dalam Kaleng Kerupuk - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Thursday, February 7, 2019

Domino Wedding Card & Souvenir: Sepasang Pengantin Dalam Kaleng Kerupuk


Itu hanya satu contoh dari sekian banyak jenis undangan unik kreasi Budi Dwi Hariyanto.  Di tangannya barang biasa dibuat dengan cara luar biasa sehingga menjadi sesuau yang unik tapi fungsional.  Domino Wedding Card & Souvenir,  jasa pembuataan undangan  yang dirintis dengan modal Rp 250 ribu, kini beromzet rata-rata Rp 100 juta/bulan.  Bahkan Hari mampu menghidupi  23 karyawan.

Salah satu produk undangan berbentuk sangkar burung.
Salah satu yang wajib dipersiapkan dengan matang oleh para calon mempelai biasanya  undangan dan souvenir. Sepertinya  kebutuhan ini telah menjadi  tradisi yang tak bisa dilewatkan  menjelang hari bahagia tersebut.  Bentuk dan harga kartu undangan amat bervariasi. Meski fungsinya sama, yakni pemberitahuan dan meminta kehadiran tamu, tak jarang undangan juga menyimpan gengsi alias simbol prestise si pengundang. Tak heran jika ada orang menganggarkan budget undangan lebih besar dari kepentingan lainnya.

Selama masih ada pesta pernikahan, bisnis ini akan tetap hidup alias tidak ada matinya. Ini  dibuktikan  Budi Dwi Hariyanto,  warga Tebet, Jakarta Selatan. Usaha yang ditekuninya  menampung permintaan pembuatan undangan berbagai bentuk dan kreasi. Jika  undangan  konvensional  terbuat dari kertas,  di tangan Hary  bisa berbentuk  beraneka macam barang unik yang fungsional.

Memanfaatkan garasi rumah orang tuanya di Tebet, Jakarta Selatan, tahun 1994  Hary  membuka usaha dengan nama Domino Wedding Card & Souvenir.  Modal awalnya  Rp 250 ribu.  Saat  itu  usaha percetakan undangan tidak memerlukan banyak modal, karena latar belakang keluarganya adalah bisnis percetakan. Dalam menggarap pesanan pertama ia masih menggunakan bahan baku kertas, tapi ia mulai menciptakan sesuatu yang berbeda. ”Jika biasanya persegi saya bentuk kotak. Bahan dan material yang lain selalu saya arahkan,” tambahnya. Sejak  2006, ia fokus pada pembuatan undangan unik.

Omset Rp 100 juta/bulan

Dalam sebulan omzet usaha ini mencapai Rp 100 juta, dengan keuntungan sekitar 30%. Ratusan jenis model undangan yang diciptakan Hary membuat harga jual bervariasi. Undangan berbentuk kaleng dijual mulai Rp 15 ribu/unit. Sementara  yang berbentuk bakiak  Rp 35 ribu. Namun itu bukan patokan harga. Semua bisa disesuaikan budget konsumen.

Memanfaatkan para pengrajin,  merupakan  salah satu strategi untuk menghemat waktu dan biaya. Meski demikian  konsep dan desain yang menentukan Hary. Begitu juga finishing seperti penambahan pita pengikat, bungkus plastik hingga pemberian label  nama calon pengantin. Bahan bahan dipilih yang bernuansa Indonesia, seperti halnya kaleng kerupuk, anyaman bambu, kain batik, dan sandal bakiak.

Karena  hampir semua undangan dikerjakan secara  handmade, prosesnya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu Hary menyarankan  konsumennya untuk memesan 1 – 3 bulan sebelumnya. 23 karyawannya yang terdiri atas bagian desain, produksi, marketing, ikut membantu dirinya menjalankan usaha ini. Dengan gaji rata-rata antara Rp 800 ribu – Rp 2 juta. 

Salah satu cara efektif  mempromosikan usahanya,  mencantumkan nama Domino di setiap undangan. Dengan begitu orang akan tahu siapa pembuat undangan. “Bila orang tertarik ingin membuat undangan yang sama,  tinggal menghubungi kami,” kata Hary penuh semangat. Selain itu rajin mengikuti pameran-pameran, serta memasang iklan di media cetak, Hary  juga memasarkan usahanya melalui toko online di www.dominounique.com.

Kini hasil karyanya telah dikenal banyak orang. Tidak terhitung berapa banyak pasangan pengantin yang memakai undangan unik buatannya. Beberapa artis seperti Marshanda pernah menggunakan jasanya.

No comments:

Post a Comment