Keyakinan atas
prospek bidang usaha fotografi 3
dimensi mendorong Hemaphalananda
Wanasili, fotografer di Tangerang berani memilih hidup mandiri berwirausaha.
Pertaruhannya, konsisten terus berkreasi.
![]() |
Proses pembuatan foto 3D |
Foto seperti itu
dibuat dengan jalan memisahkan obyek-obyek berdasarkan jarak. Kemudian disusun
menjadi beberapa lapisan dalam sebuah frame. Butuh keterampilan, ketelitian dan
ketelatenan selama menyusun foto 3 dimensi.
Tak jarang Hema menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan 1 lapisan foto. “Terutama untuk obyek-obyek kecil. Misalnya
daun dan juntaian rerumputan,” kata Hema.
Ingin fokus
Ide ini lahir
ketika Hema melihat sebuah paper tole.
Lantaran tertarik, ia merekayasa paper tole itu menjadi beberapa
lapis. “Saya memang sangat menyukai
obyek-obyek berbentuk 3 dimensi,” Mengaku
tidak mempelajari secara khusus teknik pembuatan foto 3 dimensi itu, ia hanya otodidak.
Acara
susun-menyusun lapisan gambar tersebut akhirnya menjadi sebuah hobi baru yang
dimulai pada tahun 1995. Berikutnya,
Hema mulai membuat desain foto 3 dimensi sederhana. Terdiri hanya 2 – 3 lapis saja. Ukurannya pun tidak besar, seukuran kartu pos. Ternyata produknya mendapat respon bagus dari
konsumen. Berbekal bakat dan semangat, Hema memberanikan diri membisniskan foto
3 dimensi dengan istilah photo sculpture
. Berapa modal yang dibutuhkan? Ia
mengaku tidak dapat menghitungnya secara pasti.
“Soalnya saya mulai dari hobi, beli alat dan perlengkapan secara bertahap,
dikit-dikit. Kalau ada pemasukan
digunakan untuk menambah investasi,” imbuhnya.
Sebelumnya Hema
berprofesi sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan. Demi menekuni hobi yang mulai tumbuh menjadi
bisnis itu, ia keluar dari pekerjaannya tahun
2002. “Dengan cara seperti ini saya bisa
lebih fokus. Saya yakin mayoritas
masyarakat Indonesia senang mencari sesuatu yang baru. Terutama di bidang
fotografi. Nah, foto 3 dimensi adalah hal baru yang berpeluang
bagus,” papar Hema. Menurutnya, produk
yang ia hasilkan belum banyak yang menekuni.
“Order yang
sering saya terima adalah membuat foto pernikahan, foto keluarga, foto
jalan-jalan, anniversary dan foto ulang tahun. Kedepannya, foto 3 dimensi
sangat prospektif ditawarkan di bidang arsitektur,” tuturnya optimis.
Cara pemesanannya
tidak sulit. Awalnya, ia akan memberikan contoh produknya. Bila konsumen tertarik, Hema akan menawarkan
apakah akan menggunakan foto yang telah dimiliki klien atau harus melalui
proses pemotretan.
Menurutnya, tidak
mudah membuat orang tertarik. “Tak mudah
membuat orang jatuh cinta pada pandangan
pertama, lalu memesan. Karena segmennya
lebih cenderung pada golongan menengah ke atas,” tegasnya. Seluruh proses
dikerjakan sendiri. Penggarapan foto besar
memakan waktu rata-rata 1 bulan.
Sementara untuk foto seukuran kartu pos dibutuhkan waktu pengerjaan selama 1 – 3
hari.
Eksklusif
Harga Tinggi
Sebagai salah
satu cara promosi, Hema juga rajin memberikan karyanya sebagai hadiah kepada
kerabat dekat dan teman-temannya Dengan
cara seperti ini ia memulai memasarkan produknya melalui mulut ke mulut. Konsumen yang berhasil ia gaet dimulai dari
teman, saudara, terutama bekerjasama dengan fotografer.
Saat ini Hema
memang belum memiliki tempat khusus untuk mengerjakan busahanya. Bapak berputera satu ini menggunakan kediamannya
sebagai studio dan show room.
Beberapa karyanya terlihat dipajang di beberapa sudut ruang. Sementara itu, di salah satu sudut terlihat
meja kerja yang selalu menemani Hema merancang foto 3 dimensi. Sebuah meja dilengkapi landasan kaca, plus
lampu kerja. “Kadang kalau asyik, saya
kerja lembur sampai larut malam.
Begadang itu sudah menjadi hal biasa,” akunya penuh semangat.
Selama
menjalankan usaha foto 3 dimensi, Hema dibantu sang Istri. “Saya di bidang produksi, sedangkan isteri
saya, Melly, bertugas memasarkan.” Untuk
memasarkan produknya tersebut, Hema pernah mengikutsertakan karya-karyanya dalam
acara Milenia, BSD dan Woman International Club di JCC beberapa tahun
lalu. Hema sengaja tidak melakukan bom
bardir dalam mempromsikan diri. “Kala
banyak orang yang memiliki, berarti foto seperti ini menjadi tidak unik lagi. Nilainya otomatis turun,” Saat ini Hema juga
tidak terlalu berambisi dan memaksakan diri mematok harga yang terlalu
tinggi. Yang paling diutamakan adalah
kepuasan pelanggan
No comments:
Post a Comment