Lampu
yang biasanya hanya sebagai alat
penerang, di tangan Andre Yosa, SE, TL,
(36), dari Semarang, Jawa Tengah, diolah
sedemikian rupa sehingga mampu memunculkan emosi tertentu. Ide inilah yang mengantarnya sebagai
pengusaha Lighting rental
yang sukses. Omzetnya mencapai ratusan juta rupiah/bulan.
Meningkatnya kesejahteraan
dan taraf perekonomi masyarakat, membuat dunia entertainment
berkembang. Cakupan bidang ini sangat luas dan melibatkan beragam pelaku usaha. Misalnya, event organizer, praktisi
musik/band, industri perdagangan dan advertising.
Di mata Andre dunia entertainment yang luas itu memiliki peluang usaha yang besar. “Saya memilih usaha rental lampu (lighting). Soalnya, saat itu belum banyak orang menggarap lampu
secara serius. Padahal lampu merupakan kesatuan primer dari sebuah acara panggung,” papar Andre. “Masyarakat
belum banyak yang menyadari pentingnya kehadiran lighting panggung yang bagus,” imbuhnya. Oleh karena itu tahun
1995, sejak awal kuliah, pria ini membuka usaha lighting
rental.
“Saya
selalu memikirkan bagaimana cara membuat pencahayaan dalam sebuah acara bisa
jadi indah dan dapat dinikmati orang banyak,” tutur bapak berputera satu
ini. Maka tak mengherankan bila acara
pernikahan, pertunjukan seni , pagelaran budaya dan konser musik indoor maupun outdoor yang butuh tata lampu menjadi peluang menangguk rezeki bagi
Andre.
Modal awal Rp 5 juta
Latar
belakang hobinya sebagai MC atau pembawa
acara, sangat mendukung bisnis yang saat
ini digeluti Andre. Untuk memulai bisnis
seperti ini, yang diutamakan adalah kepercayaan. “Saat itu relasi saya meliputi berbagai event organizer dan produsen produk
terkenal. Sekarang mereka telah menjadi
pelanggan saya,” tutur Andre. Selain event
organizer, pelanggan setianya yaitu
produsen rokok yang kerap menyelenggarakan acara pentas musik.
Awalnya
untuk menaklukan peluang ini, Andre harus melakukan edukasi terhadap calon
konsumen. “Lighting itu bisa menambah nuansa dan menghidupkan emosi dalam
sebuah acara,” kata Andre.
Modal
untuk memulai usaha ini tidak besar. “Harus
nyicil dulu. Cuma sekitar Rp 5 juta,” paparnya. Saat pertama kali hanya dibantu 3 tenaga
kerja. Yakni sopir, programer dan tenaga
kerja untuk instalasi. Saat ini ia sudah
memiliki 20 tenaga kerja tetap. Setiap
hari rata-rata ada 10 proyek yang ditangani .
Dengan proyek sebanyak itu, Andre rata-rata mengantungi omzet sebesar Rp 200 juta /
bulan. Konsumennya saat ini tersebar di seluruh Jawa dan Kalimantan.
Terapkan teknologi LED
Karena
sarat teknologi, tantangannya harus terus
berinovasi dan mengembangkan SDM yang melek teknologi. “Apalagi
teknologi lampu terus berkembang
setiap saat. Kalau dulu pakai ball lamp
sekarang pakai LED yang hemat energi.
Sinarnya juga lebih bagus memancar,” papar alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik
Soegijopranoto, Semarang itu.
Teknologi LED-Lighting bersifat eco-green dengan
listrik sangat efisien hanya 1 watt saja. Inovasi ini belum banyak dipakai di
Semarang. Masih terbatas di kota besar seperti Jakarta. Meski terbilang sangat mahal namun secara
umum menjadikan biaya dalam pemakaian listrik relatif irit dan tidak menimbulkan
panas.
Di
awal usahanya, keuntungan yang diperoleh
cukup untuk membiayai operasional
saja. Prinsipnya, usahanya harus terus
bergulir sambil menunggu dikenal oleh masyarakat. Berkat kerja kerasnya akhirnya usahanya itu
terus tumbuh.
Untuk
dapat bersaing, unique selling point yang
diunggulkan oleh Andre adalah
sentuhan teknologi yang lebih
modern dan variasi seni tata lampu. “Saya merasa harus terus mengikuti
perkembangan teknologi. Makanya saya
rela pergi ke luar negeri untuk mengamati perkembangan teknologi lampu yang
bisa diadopsi ke dalam negeri,” katanya.
No comments:
Post a Comment