Perempuan ini pasrah meski keguguran saat tugas pemilu 2019 - KABAR BISNIS MU

KABAR BISNIS MU

Bisnis adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk menghasilkan uang dengan memproduksi dan menjual suatu produk, baik itu barang atau jasa. KABAR BISNISMU memberikan segudang informasi tentang peluang usaha, bisnis,kuliner,tehnologi dan berita berita terbaru

Breaking

Saturday, April 27, 2019

Perempuan ini pasrah meski keguguran saat tugas pemilu 2019



Solusi Kita - Pemilu 2019 telah usai. Tapi pesta demokrasi serentak itu tak kan pernah dilupakan pasangan muda ini. Bahkan mungkin sepanjang hidupnya.



Pasangan yang dimaksud yakni Lupnatul Hairoh (20) dan Muhammad Abdul Fawaid (22). Warga Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, Bondowoso ini harus memupuskan impiannya untuk segera memiliki momongan. Lupnatul keguguran. 

Pupusnya impian itu bermula ketika proses pemungutan suara Pemilu 2019 digelar, 17 April lalu. Lupnatul mendapat mandat sebagai anggota KPPS dan bertugas di TPS 10, desa setempat.

Saat pencoblosan surat suara berlangsung, tak ada hal aneh dirasa pada perutnya yang memang tengah hamil empat bulan. Ia pun bertugas normal. Tapi saat tahapan penghitungan suara, barulah Lupnatul merasakan keganjilan. Dia merasakan perutnya sakit luar biasa.




Meski begitu, Lupnatul tidak beristirahat. Dia tetap melanjutkan tugasnya karena personel di KPPS itu memang terbatas. Sehingga tak ada orang yang menggantikannya. Rasa sakit dikesampingkan sampai penghitungan suara Pilpres usai.


"Begitu ada jeda waktu sedikit, saya minta izin untuk ke kamar mandi. Ternyata, saya mengalami pendarahan kendati tak banyak," kenang Lupnatul, saat ditemui detikcom di rumahnya, Sabtu (27/4/2019). 


Lupnatul yang ditemani suaminya Abdul Fawaid lebih lanjut menceritakan, meski sudah tahu dirinya mengalami pendarahan serta kondisi perut sakit, dia tetap melanjutkan tugasnya. Saat proses penghitungan suara, Lupnatul memang kebagian tugas sebagai pelipat kertas surat suara.

"Tugas itu memang memaksa saya harus berdiri. Padahal, perut rasanya sakit luar biasa. Jika sudah tak kuat nahan, barulah saya duduk sebentar sambil terus menahan rasa sakit," kata Lupnatul dengan raut wajah sedih. 

Saat memasuki waktu salat magrib, Lupnatul pergi lagi ke kamar mandi. Ternyata pendarahannya belum juga selesai. Malah makin menjadi. Namun, perempuan kelahiran 1999 itu tetap melanjutkan tugas dalam proses penghitungan suara Pemilu 2019. Bahkan hingga pukul 05.00 WIB esok harinya.


"Begitu selesai, saya buru-buru pulang biar bisa segera istirahat. Tapi perut terasa makin sakit. Bahkan semakin menjadi dan seperti diaduk-aduk," kata perempuan berjilbab itu.



Tak lama berselang, didampingi suami dan beberapa keluarganya, Lupnatul kemudian mendatangi bidan desa setempat. Hasilnya, janin berusia empat bulan yang ada dalam kandungannya telah keguguran. 

"Menurut bidannya, saya terlalu capek dan kelelahan. Dan itu berpengaruh pada janin yang ada di kandungan. Apalagi, kandungan saya terbilang lemah katanya," imbuhnya.

Kini Lupnatul dan Fawaid memang harus menunda impiannya untuk segera menimang momongan. Pasangan yang baru menikah enam bulan ini mengaku ikhlas menerima suratan.

"Jika tau bakal berdampak begini, tentu saya gak bakal ikut (jadi KPPS). Tapi ya mau gimana lagi, selain ikhlas. Mungkin memang belum waktunya, diberi tanggungjawab anak oleh Allah," pungkas Lupnatul.

No comments:

Post a Comment