Desainer muda
Indonrsia membanggakan saat tampil di Singapura. Namanya Agata Maureen. Usianya
masih 21 tahun dan berstatus sebagai mahasiswi. Agata unjuk kemampuan dalam
acara perayaan 70 tahun terbentuknya Commowealth, the Royal Commonwealth
Society berkolaborasi dengan mahasiswa Management Development Institute of
Singapore (MDIS) School of Fashion and Design untuk menyebarkan pesan
kesinambuangan (sustainability) melalui event fashion show Avant-Garde.
![]() |
Desain busana bertema wayang (Istimewa) |
Agata mendapat
inspirasi desainnya dari budaya wayang kulit dan Antelope Canyon (Tebing
Kijang). Hal itu terlihat dari hasil koleksinya dengan lekuk siluet yang unik.
"Untuk
menonjolkan nuansa silhouette wayang kulit pada desain saya, saya menggunakan
teknik lipat (pleating technique) untuk detailnya agar dapat menciptakan garis
curcy Antelope Canyon. Silhouette dan details ini adalah untuk memberikan kesan
feminin pada desain saya," ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Fashion show ini
menampilkan hasil karya design mahasiwa yang menggunakan bahan plastik daur
ulang (recycled plastics) sebagai suatu busana yang fashionable dan layak
pakai. Diselenggarakan pada 11 Maret 2019, event yang dituan rumahi oleh
Komisaris Tinggi Inggris untuk Singapura (British High Commisioner to
Singapore), Yang Mulia Scott Wightman, bertujuan untuk menghubungkan masyarakat
dari berbagai latar belakang untuk memulai suatu gerakan dalam rangka
menciptakan kesinambuangan (sustainability).
“Tema kami untuk tahun
2019 ini adalah ‘A Connected Commonwealth’, yang mendorong kolaborasi untuk
melindungi lingkungan hidup dan menciptakan kesinambungan. Kerja sama ini
menunjukkan bagaimana masing-masing dari kami bisa mengambil bagian untuk
menciptakan kesinambungan dan mendorong generasi muda untuk berpikir kreatif
mengenai isu ini,” kata Scott.
Para mahasiswa yang
berpartisipasi dalam event fashion show ini juga diminta untuk memperhatikan
nuansa kebudayaan dari design yang hendak dibuat. Mereka diminta untuk
mendesain fashion yang santun dan relevan dengan perkembangan zaman saat ini,
dan juga memikirkan aspek pakai serta kesinambungan dari hasil design tersebut.
Sebanyak 12 mahasiswa
merespon tantangan ini, di mana banyak karya mereka yang dihasilkan berdasarkan
inspirasi dari nuansa kebudayaan dan lingkungan hidup. Selain Agata, ada
mahasiswa lainnya dari berbagai negara.
Charis Tan, 24,
mahasiswa asal Singapura misalnya terinspirasi oleh Arabesque (seni ornamen
Islami) dan arsitektur masjid. Tampil juga Khvan Mariya, 21, mahasiswa asal
campuran Kazakhstan dan Korea Selatan, mengaku terinspirasi oleh seni arsitek,
namun dari kebudayaan lain, yaitu Changdeokgung yang merupakan salah satu situs
warisan UNESCO Korea. Mahasiswi asal Myanmar, Nan Lao Tip Oo yang sangat
tertarik dengan artis pioner Singapura, yaitu Chen Wen Hsi. Sementara mahasiswa
asal Tiongkok, Charles Lyu, 27, mendapat inspirasinya dari tempat yang tidak
terduga, yaitu museum mobil di Jepang.
Karya-karya desain
yang yang dihasilkan oleh mahasiwa ini sangat memukau para juri yang terdiri
perwakilan negara-negara persemakmuran yang berbeda. Terlepas dari desain yang
menarik dan sedang trend saat ini, para juri juga sangat terkesan pada
bagaimana setiap design yang dihasilkan dapat memberikan statement kuat
terhadap fashion yang berkesinambungan dengan memanfaatkan bahan daur ulang
(recycled materials).
Sumber: JawaPos
No comments:
Post a Comment