Kelebihan resto ini adalah sajian
ikannya yang
masih segar. Maklum, pemiliknya
Ance Trio Matra (26) adalah pembudidaya
ikan bawal. Selain dominan ikan, kekhasan resto ini ada pada menu tradisional
bercampur oriental. Sebulan omzet
usahanya lebih
dari Rp 100 juta.
Sajian khas ikan bawal. |
Kalau Anda kebetulan
berada kawasan IPB Darmaga, Bogor, mampirlah ke resto Bumbu Wangi. Resto ini
kini menjadi salah satu tempat favorit mahasiswa IPB. Tidak hanya tempat makan,
tapi juga tempat untuk berdiskusi, bertemu teman atau ingin mendengarkan musik
secara live. Selain tempatnya luas
(lahan 675
m² dan tempat makan 300 m²), resto ini dilengkapi dengan fasilitas free hotspot untuk berinternetan secara
gratis, parkir gratis, dan harga discount buat mahasiswa. Tak heran kalau
mahasiswa senang berlama-lama di tempat ini.
Baca Juga: Sensasi Aroma Zaitun Kuliner Khas Maroko
Maklum saja memang, pemilik rumah makan ini, Ance,
panggilannya, adalah juga mahasiswa IPB. Hal yang menarik lagi, rumah makan ini
ditata dengan desain tradisional Sunda. Seperti tiang penyangga yang
menggunakan bambu, bagian dinding sebagian ada yang menggunakan bilik, sebagian
lagi menggunakan batu bata ekspos. Resto ini juga dibuat terbuka, hingga para
pengunjung merasa nyaman berada di dalam resto sambil menikmati udara sejuk
Bogor. Rumah makan ini juga dilengkapi dengan siaran televisi ber-parabola.
Tradisional
Oriental
Makanan
tentu saja menjadi sajian khas utama resto ini. “Saya membuat makanan yang
berciri khas tradisional orientalis. Jadi kalau misalkan ikan bawal bakar,
bukan ikan bakar bawal biasa yang kita buat, tapi ikan bawal bakar saos tiram,
ikan bakar bawal keju dan lain-lain,” papar Ance yang memang hobi memasak.
Dengan inovasi menu seperti itu, konsumennya makin banyak. Selain ikan bawal
menu lainnya yang disuka konsuman adalah ikan nila, ayam, udang dan cumi dengan
berbagai macam varian rasa. Tak hanya itu, Resto Bumbu Wangi ini juga menghadirkan
masakan khas tradisional lainnya. Seperti keredok, pecel, nasi blankon dan
lain-lain.
Karena
punya pembudidayaan ikan sendiri, ikan-ikan yang dimasak di resto milik Ance diambil
langsung dari kolamnya. Sebelum dikonsumsi ikan tersebut dipuasakan terlebih dulu,
agar tidak berbau lumpur. Selama dipuasakan, ikan diberi makan dedaunan selama
seminggu. Ikan-ikan yang dipuasakan tersebut ditaruh di kolam dekat resto.
Kalau ingin dimasak, tinggal mengambilnya dari kolam. Jadi ikan dimasak masih
dalam keadaan segar.
Untuk
masalah membuat beraneka macam rasa, Ance banyak belajar dari Cak Eko yang
sukses dengan bakso malangnya. Mentornya di Rhenald Kasali School of Entrepreneur
(RKSE),
tempat ia menimba ilmu wirausaha “lanjutan”. Dari Cak Eko juga ia belajar SOP (Standard Operating Procedure) dalam
pengelolaan rumah makannya. Baik dari sistem manajemen, sampai ke resep menu
makanannya. “Jadi siapapun kokinya, rasa makanannya tetap sama,” papar
mahasiswa pasca sarjana IPB ini.
Omzet Sejari
Rp 5 Juta
Resto
Bumbu Wangi ini sudah berjalan lebih dari 1,5 tahun dengan modal awal sebesar
Rp 2 milyar. Penggunaan modal lebih banyak digunakan untuk investasi membeli
lahan dan membangun resto. Usaha yang
dilakukan Ance ini merupakan usaha
lanjutan dari peternakan ikannya. “Istilahnya UKM naik kelas. Setelah budidaya
ikan bawal, sekarang punya restonya, kedepannya punya pabrik ikan. Begitu
seterusnya, ingin terus meningkat,” ucap Ance optimis yang membuka rumah
makannya mulai dari pukul 11.00 sampai pukul 22.00.
Perhitungannya
ternyata tepat. Rumah makannya banyak dikunjungi oleh orang, khususnya
mahasiswa. Sehari ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 5 juta, terutama saat
akhir pekan. Paling sedikit ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 2 juta. Dengan
harga rata-rata makanan (plus nasi) berkisar Rp 15.000-Rp18.000, resto Bumbu
Wangi ini bisa bersaing dengan rumah makan lainnya yang berada di sekitar
kampus IPB. Meski harga makanannya sedikit lebih mahal, berbagai kelengkapan
fasilitas yang ada di rumah makan menjadi daya tarik tersendiri.
Melihat
rumah makannya ini laku, beberapa teman Ance ada yang berminat untuk mendirikan
resto serupa di daerahnya, yaitu Medan, Yogyakarta dan Jakarta. Untuk itu Ance
sudah menyiapkan sistem kemitraan untuk untuk orang-orang yang berminat
terhadap usahanya. Cak Eko lah, papar Ance, yang ikut membantu dirinya
menyiapkan segala sesuatunya. Dari mulai pembuatan resep sampai manajemen
pengelolaan usahanya. “Jadi siapapun tukang masaknya, rasa makanannya akan
tetap sama dan cara menjalankan usahanya juga sama,” terang Ance.
No comments:
Post a Comment