Seringkali dari sudut
pandang pria, perempuan adalah makhluk yang rumit dan sulit dimengerti. Sehingga,
sulit memahami isi hatinya dan apa yang dia inginkan. Benarkah demikian?
![]() |
Ilustrasi (Istimewa) |
Psikolog dari Klinik
LightHOUSE Indonesia, Naomi Ernawati Lestari menjelaskan, anggapan bahwa
perempuan adalah mahkluk yang rumit dan sulit dimengerti, mungkin karena yang
melihat dari sisi laki-laki. Penelitian Paul Costa, Robert McCrae, dan Antonio
Terracciano melibatkan 23 ribu laki-laki dan perempuan dari 26 budaya, termasuk
di Hong Kong, Amerika, India, dan Rusia.
"Perempuan
menyebutkan diri mereka sendiri sebagai orang yang lebih hangat, lebih ramah,
namun lebih cemas dan sensitif terhadap perasaan mereka daripada laki-laki.
Sementara laki-laki menyebutkan bahwa mereka lebih asertif dan terbuka pada ide
baru," kata Naomi dalam keterangan tertulis.
Penelitian lain yang
dilakukan oleh McCrae dan teman-temannya, menemukan hasil yang mirip dari 12
ribu orang dari 55 budaya yang berbeda. Jika sebelumnya mereka diminta untuk
rating diri mereka sendiri, kali ini mereka diminta untuk me-rating laki-laki
atau perempuan yang mereka tahu dengan jelas.
“Hasilnya tidak jauh
berbeda dengan yang di atas,” kata Naomi.
Sebuah penelitian
tahun 2013 mengenai perbedaan temperamen laki-laki dan perempuan dari 357
pasang anak kembar. Laki-laki digambarkan sebagai lebih aktif daripada
perempuan. Sementara perempuan digambarkan lebih pemalu dan memiliki kontrol
terhadap perhatian dan perilaku mereka.
Perbedaan emosi, cara
pandang, penyelesaian masalah, dari perempuan dan laki-laki menyebabkan
laki-laki memandang perempuan lebih rumit karena mereka lebih banyak
mempergunakan sisi emosional mereka dibandingkan sisi rasional. Sementara, kata
Naomi, laki-laki lebih melihat sisi rasional, sehingga emosional
dikesampingkan. Hal inilah yang membuat perempuan mempunyai lebih banyak
pertimbangan sehingga laki-laki merasa perempuan lebih rumit.
“Anggapan tersebut
mungkin muncul karena seringkali pria sulit mengerti apa yang sebenarnya
diinginkan perempuan. Banyak akhirnya masalah dan kesalahpahaman timbul di
antara laki-laki dan perempuan karena perbedaan cara berkomunikasi,” katanya.
Hal senada ditegaskan
oleh Penulis Buku, Tiara Sari. Dia menulis kumpulan cerpen yang bertemakan
perempuan, yaitu Perempuan-Perempuan Perawat Kenangan. Dalam bukunya, dia
mengajak orang-orang untuk lebih mengenali perempuan.
Penulis asal
Pariaman-Padang ini mengatakan, jika hanya mengenal perempuan dari nama, wajah,
suara, atau kebiasaan-kebiasaannya, artinya itu belum mengenal perempuan yang
sesungguhnya. Tiara menganalogikan perempuan seperti baling-baling kipas.
"Jangan
menghitungnya saat dia tengah berputar cepat. Tapi tunggulah saat baling-baling
itu berhenti. Nah, dengan adanya buku ini, saya ingin orang-orang bisa melihat
lebih dalam sosok perempuan. Karena buku ini berisi perihal yang tak tercatat
dari perempuan yang sering luput, sehingga dianggap rumit, ” katanya.
Tiara menyebut buku
kumpulan cerita pendeknya juga mengungkap tentang sisi emosional yang dimiliki
perempuan khususnya bagaimana memperlakukan kenangan tapi urung ditunjukkan
karena perempuan 'pandai' menjaga perilakunya.
“Sebenarnya ide dari
buku saya berasal dari keresahan saya sebagai perempuan. Lalu akhirnya saya
salurkan jadi cerita pendek. Begitu banyak realita yang dihadapi perempuan,
tapi jarang yang bisa melihat dari sudut pandangnya. Ya, cerpen-cerpen ini
bermulai dari sana,” tutup Tiara.
Sumber (Jawa Pos)
No comments:
Post a Comment