Di tangan Decky Roverdi,
pengusaha helm di Jakarta, pelindung
kepala pengendara motor ini tak hanya sebagai barang fungsional, melainkan juga
collectible item. Motif dan bentuknya
yang unik banyak diburu pembeli dari manca negara.
![]() |
Tahun lalu Decky Roverdi sudah mencapai 38 model helm.
|
Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna sepeda motor semakin bertambah. Hal ini membuat peluang
usaha berbagai sarana pendukung sepeda motor pun ikut berkembang. Salah satunya yaitu bisnis helm. Dengan sentuhan inovasi, Decky warga Pancoran, Jakarta , berkreasi menciptakan berbagai
macam model helm unik. Berbentuk
tengkorak, dan helm dengan hiasan
ornament lain.
Sekitar tahun 2006, Decky memulai usaha dengan modal Rp 2 juta. Uang diambil dari pesangonnya sebagai manager di salah satu bank asing. Usaha
helm ini diberi nama Rhino Art Helmet. “Idenya muncul ketika saya
melihat film Ghost Rider, yang dibintangi Nicholas Cage . Saat itu saya
tuangkan ide tersebut ke beberapa teman
yang seniman untuk mewujudkannya,” papar Decky.
Saat itu Decky baru memproduksi 20 unit helm full face. “Pada awalnya
kami hanya membuat satu model saja. Tahun lalu sudah mencapai 38
model helm jenis half face, full face, dan cetok,” imbuh Decky. Ide
model helm ia peroleh dari teman pengrajin, serta hasil inovasi dan kreatifitasnya
sendiri.
Ia juga sering mencari ide dari berbagai
literatur yang bersumber dari majalah, internet dan komik kartun.
Proses pembuatannya dimulai dari pembuatan master berbahan
resin, kalk, karet dan busa untuk interior. Decky dibantu 3 pekerja untuk cetak
helm dan master, interior dan cat. Setelah cetakan jadi, resin dituangkan ke dalamnya , dibiarkan
sampai mengeras. Langkah berikutnya
yaitu menghaluskan permukaan helm dengan ampelas dan selanjutnya
pengecatan. Produk helmnya sedang dalam proses mendapatkan sertifikasi SNI.
Pasar luar negeri
Awalnya helm dijual di bali
di toko milik kakaknya, Bali Blades, di kawasan Legian. Ia sempat ragu. “Helm
horor seperti ini apa ada yang mau beli,” tuturnya. Ternyata tanggapan pasar bertolak belakang dengan keraguannya. Konsumen merespon positif. Bahkan mayoritas
adalah turis dari Belanda, Australia,
Italia , Jerman, dan negara Eropa lainnya. Dalam perkembangannya pembelian
mereka dalam jumlah banyak. . "Pembeli
pertama saya dari Australia memborong 35
unit untuk dijual ke Australia,"
cerita Decky.
Usahanya semakin
berkembang. Decky merentangkan sayap bisnisnya ke kota lain semisal Yogyakarta, Medan, Surabaya dan Aceh. Respon masyarakat Yogyakarta terhadap helm
ini juga tak kalah bagus dibandingkan dengan respon konsumen di Bali. Harga helm bervariasi. Berkisar antara Rp 300.000 – 350.000 / unit. Bagi para distributor, Decky memberikan harga
khusus, Rp 285.000 / unit untuk order
minimum 20 unit. Pembelian bisa
dilakukan dengan pemesanan.
Pria yang pernah tinggal di Swedia ini mencoba menawarkan helmnya kepada kenalannya di sana.
Hasilnya cukup memuaskan. Setiap bulan ia dapat menjual 30 unit.
Pemasaran yang semakin luas itu membuat omzetnya menggelembung. Berkisar antara Rp 30 – 30 juta / bulan. Untuk rata-rata penjualan helm sebanyak 100 –
150 unit.
Tak berarti Decky tidak
lepas dari kendala. Menurutnya, saat ini produknya masih sangat segmented. Sehingga pasarnya masih sangat terbatas. Selain itu, harganya dirasa mahal untuk ukuran harga helm yang beredar di
masyarakat saat ini. Untuk mengatasi masalah
tersebut, saat ini Decky berusaha mendongkrak kapasitas produksi. Sehingga harganya bisa menjadi lebih murah
dan pasarnya semakin luas.
No comments:
Post a Comment