Judul di atas merupakan
beberapa contoh dari cara
Indriasari mengemas dan memberi
sentuhan kreatif menu masakan di Resto Burger Batoknya. Dengan pendekatan unik
yang membedakannya dari usaha kuliner
lain, resto ini mengusung slogan Think Globally, Burger Locally.
![]() |
Burger dalam batok kelapa |
Berawal hari hobi memasak sejak
gadis, Indriasari selalu berinovasi
menciptakan menu-menu unik yang belum ada di pasaran. Wanita yang pernah bekerja
sebagai karyawati sebuah perusahaan ini, dulu sempat punya usaha sampingan katering. Dalam
perjalanannya, ia lebih tertarik menekuni bisnis kuliner. Ia pun memutuskan untuk keluar dari
tempatnya bekerja dan memfokuskan diri sebagai wirausaha. “Kalau kerja
kantoran, seperti dikejar-kejar waktu. Ngurus anak pun jadi keteteran. Beda
dengan sekarang, saya santai dan bisa membagi waktu antara bisnis dan
keluarga,” cerita Indri.
Ide mendirikan Burger Batok muncul
tidak sengaja. Indri yang gemar mengoleksi benda-benda unik, sering melihat kerajinan
batok di daerah Bantul, Yogyakarta.
“Saya lihat kok batoknya itu lucu-lucu. Dari situ saya mendapat ide untuk
menjadikan batok sebagai wadah burger. Saya beli beli batoknya langsung dari
pengrajin. Harganya15 ribu,” ujar Indri.
Sekitar Maret 2008, bermodal Rp 75 juta, ia membuka Burger Batok
bersama sang suami. Dengan kreatifitas
yang dimiliki, Indriasari memodifikasi burger buatannya dengan isi lokal
yang 100% Indonesia. Inilah burger pertama di dunia yang disajikan di dalam
Batok. “ Resep burger batok adalah resep
keluarga, baik itu daging, roti, ataupun mayonaisenya. Jadi rasa seperti ini
tidak dapat ditemui di tempat lain,” tambah Indri.
Ciptakan
keunikan
Jika semula Indri hanya menjual
burger, kini menunya semakin barvariasi. Ada sekitar 25 jenis makanan dan minuman
di sini. Menyewa lahan di kawasan Waroeng Taman, Indri menghias rumah makannya
dengan nuansa Jawa yang kental. Ini terlihat dari berbagai ornamen penghias dinding bangunan. Seluruh tembok tertutup
poster besar bergambar Punakawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong). Indri juga
menyediakan lesehan yang tertata apik di samping kedainya.
Mengusung slogan “Think
Globally, Burger Locally” (tidak ada satu sen pun royalti mengalir ke
negara lain), Indri ingin menyentuh para penikmat burger dengan semangat
nasionalisme. Ini dapat dilihat pada kemasan burger batok, yang 100% berbahan lokal.
Selain burger,
masih banyak menu makanan dan minuman yang tak kalah unik. Salah satunya Mi Ningrat.
Disebut ningrat karena mi godok ini disajikan di atas hotplate. Ada juga
Mbah Spageti dan Pakde Hotdog, dan Bloger yakni persilangan
kebab dan burger.
Kesan nyleneh
pun tercermin pada nama nama jenis minuman. Sebut saja Kopi kuwalat.
Menurut Indri kopi ini sengaja diberi nama kuwalat karena gelasnya disajikan
terbalik dengan bibir gelas menempel pada permukaan piring. Sedotannya juga disajikan terbalik. “Asal tidak ada celah yang
mengakibatkan udara dari luar masuk ke dalam gelas, maka kopi ini tidak akan
tumpat atau luber,” jelas Indri tentang kopi kuwalat.
Ada a juga Teh Mbaurekso, yaitu teh poci biasa,
tapi pembeli bebas mengisi air panas dari teko yang tersedia bila air tehnya
habis. Namun yang paling laris
adalah Jaka Tingkir, air putih yang disajikan di dalam kendi berbanderol
Rp 1.000,-. “Kebanyakan yang memesan Jaka
Tingkir itu anak sekolah. Mungkin karena murah. Dengan seribu rupiah bisa minum
air putih sepuasnya, hahaha...” kata Indri
tertawa.
Karena
sasarannya anak sekolah dan keluarga, Indri mematok harga yang relatif
terjangkau, yaitu antara Rp 1.000,- sampai Rp 16.000,-. Dalam sehari, Indri
bisa meraih omset antara Rp 700 ribu hingga Rp 1,5 juta. “Keuntungan ya sekitar
Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta,” tambahnya.
Untuk melebarkan
usahanya, Indri membuka kesempatan kepada siapa saja untuk mejadi mitra Burger
Batok. “Untuk sementara, kita memang belum membuka franchise, karena
surat-suratnya belum beres. Namun, kita sudah memiliki lima mitra yang tersebar
di kawasan Kali Malang, Tanjung Duren, BSD, Bogor, dan Bali,” jelas Indri.
Silakan
menikmati keunikan resto ini.
No comments:
Post a Comment