Tren bisnis garmen yang marak mendorong Neni Sriwahyuni menekuni usaha pembuatan patung manekin.
Keunggulan produknya yang berbahan fiber mampu mengalahkan buatan Cina. Ditambah beberapa produk mainan anak-anak, omzet
usahanya Rp 30 juta/bulan.
Produk manekin yang siap diekspor. |
Ide
memproduksi patung manekin dilatarbelakangi
oleh perkembangan dunia fesyen yang tak pernah surut dan kebutuhan pasar atas
manekin yang belum banyak pemasoknya. “Kecuali pabrik-pabrik besar, waktu itu
belum banyak orang yang menekuni bisnis ini, ” kata Neni yang bersama sang suami
memulai usaha ini tahun 2004.
Berbekal modal Rp 50-70 juta,
pasangan ini memulai usaha. “
Sebelumnya saya tidak punya pengalaman bisnis. Kebetulan di kantor suami saya
ada Leaning Fiber, jadi akhirnya suami berperan penting dalam menangani bisnis ini,”
terang warga Jakarta Timur ini.
Kualitas ekspor
Produk
pertamanya adalah patung manekin
setengah badan, untuk display kaos. Setelah berkembang, berikutnya patung full body baik manekin pria, wanita,
maupun anak-anak. Disamping itu
juga head manekin. Kini jenis manekin
yang diproduksi semakin bertambah dengan beragam fungsi, termasuk untuk display wigs, display kalung atau perhiasan, pakaian
ibu hamil dan pakaian dalam.
Lantaran
hanya mementingkan fungsinya sebagai display, banyak produk sejenis di
pasar lokal cenderung mengesampingkan kualitas. “Kalau kita sangat mengedepankan
kualitas, agar manekin awet dan tahan lama, ” ujar Neni. Dengan kualitas standar
ekspor, harga patung manekinnya sedikit lebih
mahal
Berbeda
dengan patung-patung manekin biasa yang terbuat dari plastik, manekin buatan
Neni terbuat dari fiber. Keunggulan lain, dari
segi finishing dan pengecetannya yang rapi. “Jika ada sedikit cacat
biasanya di-reject ,” tutur Neni. Proses pengecatan dilakukan dengan teknik air brush. Bila ada
permintaan manekin wanita bermake up, Neni
bisa mengecatnya sesuai pesanan.
Termasuk jasa service bila patung yang
dipesan rusak. Namun bila
kerusakan parah, akan diganti dengan biaya servis.
Bersaing
dengan Cina
Dulu, bisnisnya sempat hampir berhenti. Lantaran
tak mampu bersaing akibat harga di pasar
rendah. Untung, setelah itu datang pesanan dari produsen apparel Quik Silver
dan Butik Pantai Ayu di Bali. Menyadari produknya diterima pasar non-lokal, Neni mengarahkan
pemasarannya ke luar. Sebuah perusahaan Korea
yang semula memesan manekin dari Cina, mengalihkan pembeliannya kepada Neni, setelah melihat
kualitas manekin Neni lebih bagus. Ia juga mendapat pesanan dari Esmood sekolah
mode, serta Putri Malu di Jogja. Kini produk
manekinnya sudah merambah Singapura dan Malaysia.
Kini omzet penjualannya mencapai 30 juta / bulan. Yang namanya
berbisnis pasti ada kendalanya. Neni pun tak luput dari kendala. Baik dari sisi
marketing hingga harga jual rendah. Kendala
di lapangan yang dia hadapi merupakan proses pembelajaran yang membuatnya
semakin lebih baik.
No comments:
Post a Comment