Kecelakaan yang
menewaskan sembilan orang akibat tertabrak minibus di Jakarta beberapa bulan
silam, konon disebabkan si pengemudi mengonsumsi ganja. Selama ini masyarakat
memang hanya tahu ganja sebagai komoditas narkoba.
![]() |
Daun ganja |
Padahal
ganja dibudidayakan secara luas di Uni Eropa, Australia, Selandia Baru, dan RRC.
Di negeri-negeri ini, ganja dibudidayakan secara massal, untuk diambil bijinya
sebagai bahan bungkil, dan serat batangnya yang disebut hemp, untuk bahan baku tekstil.
Pernah
pada tahun 1990an, di Indonesia ada berita menghebohkan, bahwa bungkil yang
diimpor dari RRC tercampur biji ganja. Yang benar, bungkil itu bukan sekadar
tercampur, melainkan memang berasal dari biji ganja. Sering pula ada isu, bahwa
masakan padang bisa menasional, bahkan "go international", karena kelezatannya disebabkan oleh ganja.
Yang benar bukan dicampur ganja, melainkan bumbunya ditumis dengan minyak biji
ganja, yang sama sekali tak mengandung narkoba.
Baca
Juga: FLAT VISOR: Antara Gengsi & Nilai Fungsional
Sampai
sekarang, spesies ganja masih menjadi bahan perdebatan di antara para taksonom.
Sebagian besar taksonom, setuju hanya ada satu spesies tunggal, yakni Cannabis sativa. Namun ada sebagian
kecil taksonom, terutama dari Rusia, yang yakin bahwa ada tiga spesies ganja,
yakni Cannabis sativa, Cannabis indica, dan Cannabis ruderalis. Para taksonom dari luar Rusia, menganggap bahwa indica dan ruderalis bukan spesies, melainkan sub spesies.
Perdebatan
tentang spesies ganja ini masih terus berlanjut sampai sekarang, meskipun yang
umum diterima di kalangan taksonom, adalah varietas tunggal. Maka ada dua tipe
ganja, yakni Cannabis sativa L.
subsp. sativa var. sativa, yang dibudidayakan untuk diambil
biji serta seratnya. Sementara Canabis
sativa subsp. indica, lebih
banyak dibudidayakan sebagai bahan narkoba.
Marihuana,
Hashish, dan Hemp Oil
Yang
dipanen sebagai bahan narkoba, sebenarnya bukan daun ganja, melainkan bunga
betina yang telah masak. Bunga terlalu muda, atau terlalu tua, hanya sedikit
mengandung Tetrahydrocannabinol (delta-9-tetrahydrocannabinol, Δ9-THC), bahan aktif yang bisa mengakibatkan
teler. Jadi daun, maupun biji ganja, sebenarnya sama sekali tidak mengandung
narkoba. Anggapan bahwa yang biasa dilinting untuk dikonsumsi sebagai narkotika
adalah daun ganja, disebabkan oleh menyatunya bunga betina masak, dengan daun,
bahkan ranting. Bahan inilah yang setelah dikeringkan, disebut marihuana
(marijuana). Apabila produk ini dipres, maka getah (resin) yang keluar dari
bulu-bulu halus pada batang, daun, serta bunga cannabis, akan menggumpal. Bahkan
kadang menjadi pasta. Produk ini disebut hashish.
Sama
dengan candu (opium, Papaver somniferum),
dan coca (Erythroxylum coca, dan Erythroxylum novogranatense), ganja
sebenarnya dibudidayakan untuk diambil Δ9-THC-nya oleh dunia farmasi. Candu
kemudian populer sebagai penghasil morfin dan heroin. Coca menghasilkan kokain
(cocaine). Ganja menghasilkan
marihuana serta hashish. Semua itu sering disalahgunakan. Meskipun demikian,
yang bisa menghasilkan marihuana dan hashish, hanyalah bunga betina masak, dari
tanaman Canabis sativa subsp. indica. Bunga betina masak tanaman Cannabis sativa L. subsp. sativa var. sativa, sama sekali tak menghasilkan marihuana, dan hashish.
Terlebih lagi biji Cannabis sativa L.
subsp. sativa var. sativa, yang sama dengan biji wijen,
yang apabila dipres akan menghasilkan minyak dan bungkil.
Minyak
biji Cannabis sativa L. subsp. sativa var. sativa, diperdagangkan biasa, sebagai hemp oil. Minyak biji ganja ini berkualitas sama dengan linseed oil yang berasal dari biji
tanaman flax (Linum usitatissimum).
Kebetulan pula, flax adalah tanaman yang juga menghasilkan serat sebagai bahan
kain, sama halnya dengan ganja. Hemp oil,
dan linseed oil, sama-sama bernilai
tinggi, sebab sebagai bahan pangan mengandung 80% asam lemak esensial (essential
fatty acids, EFAs); linoleic acid,
omega-6, (LA, 55%), alpha-linolenic acid,
omega-3 (ALA, 22%), gamma-linolenic acid,
omega-6 (GLA, 1–4%) dan stearidonic acid,
omega-3 (SDA, 0–2%). Minyak ganja hemp oil, beda dengan hash oil, yang diekstrak dari hashish,
dan berfungsi sebagai narkoba.
Industri Serat
Tekstil
Minyak
biji ganja, sebenarnya hanyalah produk samping (by product) dari agroindustri bungkil. Hingga produk utama budidaya
ganja, adalah biji yang akan dipres menjadi bungkil. Bungkil sebagai pakan
ternak dan ikan, diproduksi dari aneka biji-bijian. Mulai dari kedelai, bunga
matahari, kacang tanah, kopra (biji kelapa), dan ganja. Meskipun produk massal
untuk bungkil, biji ganja juga biasa dikonsumsi, sebagaimana halnya di
Indonesia, masyarakat mengonsumsi kedelai.
Jennie
Lyon, penulis green lifestyle Mingguan
Cascadian Farm, mengulas biji ganja,
dalam salah satu kolomnya Superfood of
the week. Jennie menyebut bahwa biji ganja adalah bahan pangan dengan
nutrisi komplit. Dalam biji ganja ada keseimbangan rasio antara asam lemak omega-3
and omega-6, mengandung protein dan
serat tinggi. Dari sini Jennie lalu menuliskan resep menu biji ganja.
Jadi
logikanya, masakan padang bisa saja menggunakan "minyak biji ganja".
Namun budidaya ganja di Indonesia, terutama di Aceh, termasuk ilegal. Maka
minyak biji ganja tentu sulit diketemukan di pasaran. Meskipun dipromosikan
sebagai "bernutrisi komplit", namun
dari segi citarasanya, minyak biji ganja sama saja dengan minyak flax (linseed oil), minyak wijen (sesame seed oil), dan minyak zaitun (olive oil).
Di
pasar swalayan besar di Jakarta sekalipun, kita sulit memperoleh minyak ganja
dan minyak flax. Yang masih mudah diperoleh minyak wijen dan minyak zaitun.
Dengan fakta-fakta seperti ini, isu bahwa masakan padang lezat karena dicampur
ganja, jelas tidak berdasar. Bumbu minyak biji ganja sulit diperoleh, sementara
ganja sebagai "marihuana" lebih sulit lagi memperolehnya. Andaikata
ada pun, harganya tidak mungkin terjangkau oleh konsumen warung padang.
Di
negara-negara subtropis, ganja populer dibudidayakan bukan hanya sebagai
penghasil biji, melainkan juga serat dari kulit batang. Serat ini setelah
didekortikasi, dideguming, dan dilunakkan, akan menjadi serat bahan tekstil
berkualitas. Meskipun kekuatan seratnya masih berada di bawah rami (Boehmeria nivea). Ganja
menjadi pilihan dibudidayakan di kawasan sub tropis, sebab rami hanya bisa
dibudidayakan di kawasan tropis.
Pertumbuhan
tanaman ganja Cannabis sativa L.
subsp. sativa var. sativa, demikian pesatnya, hingga hasil
seratnya mengalahkan flax dan kapas. Karenanya, ganja dibudidayakan di hampir
semua negara Uni Eropa, terutama di Perancis. Di Luar Uni Eropa, ganja juga
ditanam, di RRC, Australia, dan Kanada. Di AS, ganja termasuk terlarang untuk
dibudidayakan, sebab takut nyaru
dengan ganja Canabis sativa subsp. indica, yang memroduksi marihuana.
No comments:
Post a Comment