Peluang bisnis penyokong
kebutuhan bidang usaha lain bentuknya bermacam-macam. Salah satunya adalah pembuatan boks sepeda
motor untuk keperluan delivery produk, seperti yang ditekuni Yogi Virgianto warga Jakarta Barat.
Dulu, peranti ini hanya
dimanfaatkan tukang pos. Bentuknya sederhana, kantung kain yang terpasang di kanan dan kiri sepeda motor. Sekarang, wadah itu sudah berevolusi menjadi aneka
bentuk boks dari fiberglass. Penggunanya, bisa untuk mengirim ayam goreng, pizza, rokok,
jamu, bahkan kosmetik. Dalam perkembangannya, kotak ini juga berfungsi sebagai peranti
promosi. Warna dan logo brand sebuah perusahaan dipasang di kotak
ini.
Adalah Ign. Yogi Virgianto salah seorang yang tergelitik
menjajagi peluang pembuatan wadah
delivery ini. Selepas studi dari
Belanda, Yogi merasa tidak bisa menyalurkan ilmu yang sudah
ditimba. Awalnya tahun 2008, ia mencoba membuat kanopi motor. Ide ini diadopsi dari motor-motor di Itali yang banyak dilengkapi kanopi agar
tidak kehujanan. Namun
ternyata respon pasarnya tidak
memuaskan. Akhirnya usahanya beralih
jadi produsen delivery box.
Belajar Dari Complain Pelanggan
Selama merintis usaha,
Yogi menggunakan modal dari uang muka pemesan.
Tambahan modal berasal dari uang tabungannya Rp 5 juta.
Pesanan pertama dari restoran kecil.
“Dulu tiap bulan cuma dapat pesanan satu-satu terus. Itu juga banyak yang hancur-hancuran
juga. Tak jarang pelanggan yang
komplain,” tuturnya. Saat itu ia masih dalam taraf belajar.
“Saya belum tahu secara pasti ketebalan yang
harus dibuat. Mana bagian-bagian yang
harus diperkuat. Kalau dipertebal di
semua bagian, jadi berat sekali.
Makanya saya harus puter otak,”
paparnya. Akibat banyak komplain dari
pelanggan, Yogi mengaku selama hampir 1 tahun usaha yang dirintis boleh
dikatakan masih merugi. Toh, hal itu
tidak membuatnya jera.
Dari pengalam itu justru
membuat Yogi tahu dan lebih paham memproduksi boks motor. “Saya jadi bisa tahu desain boks yang
pas. Bagian-bagian yang harus diperkuat.
Dan yang pasti bisa tahu selera konsumen.
Meskipun berbeda-beda
namun sebenarnya garis besarnya sama,” imbuhnya. Saat ini ia melayani pemesanan
boks sepeda motor untuk restoran dan perusahaan
besar. Misalnya : Restoran ayam
goreng Hayam Wuruk, D, Cost dan Bentoel.
“Kalau lihat boks D’cos kuning, itu bikinan saya,” tuturnya bangga.
Menemukan cara pemasaran
Semula cara pemasaran
dilakukan secara
door to door. Namun, pemasaran ini dianggap tidak efektif. “Saat itu kan saya bekerja sendirian. Kalau cara ini dipertahankan, waktunya habis
buat mondar-mandir kirim proposal.
Itupun belum tentu disetujui,” kata Yogi. Akhirnya, pemasaran secara online ia
tempuh. Cara ini sedikit lebih efektif dibanding pemasaran door
to door. Di internet, masih ada
tanggapan. Namun tidak kunjung mendapat
order. “Masalahnya produk ini belum memiliki standar. Untuk menerima order harus sering berkonsultasi dengan
pelanggan secara langsung,” kata Yogi menegaskan.
Akhirnya ia menemukan cara pemasaran melalui
agen advertising. Saat ini sudah ada 5
agen advertising yang bekerjasama dengannya.
Selain dari Jakarta, Yogi memiliki pelanggan beberapa perusahaan
dari Batam, Bali, Malang. Menurutnya, produk seperti ini laris
dipasarkan di kota yang kepadatan lalu lintas yang tinggi. “Kalau di daerah kan masih dapat ditangani dengan sepeda atau
mobil. Di Jakarta pemasaran pakai mobil
sudah tidak efisien. Soalnya sering
macet,” paparnya.
Setiap bulan Yogi mampu
memproduksi 30 buah boks. Bila diasumsikan harganya Rp 1 juta / buah, maka omzet rata-rata yang
berhasil ia peroleh mencapai Rp 30 juta/bulan.
Yogi selalu berupaya memuaskan pelanggan dengan memenuhi tanggat waktu
yang sudah disepakati. Saat ini, ia dibantu oleh 5 karyawan lepas. Ia bekerjasama dengan bengkel lain untuk
mendapatkan tenaga kerja.
Strategi Bersaing
Awalnya, persaingan di
bidang usaha ini belum ketat. Namun,
setelah krisis ekonomi melanda, persaingan justru semakin ketat. “Banyak perusahaan berskala besar ikut melirik bisnis ini. Dulu mereka hanya buat bak air. Usaha boks
motor mereka pandang sebelah mata.
Sekarang karena order mereka seret, boks motor pun mereka buat,”
keluhnya.
Untuk menghadapi
raksasa-raksasa tersebut harus fleksibel.
Saat ini Yogi juga sudah merambah pada usaha branding. Bukan sekadar boks yang ia buat. Namun boks sekaligus banner yang
menyelimutinya. Strategi pemasaran
seperti ini belum disentuh oleh lawan bisnisnya. “Mereka umumnya hanya bikin polosan
saja. Dengan sedikit kemampuan di bidang
desain grafis saya bisa menghasilkan produk yang lebih bersaing,” papar pria
berusia 30 tahun itu.
Tips lain yang dilakukan yaitu menakar calon konsumen. Agar tak kecewa dan rugi, Yogi
menyarankan agar cermat saat akan menawarkan produk. Mencermati perusahaan dari agen iklan. Perusahaan yang sering menunda-nunda
pembayaran sebaiknya dihindari
Sebaiknya memilih klien
perusahaan yang memiliki manajemen sehat., agar
tak sulit ketika ditagih.
Perusahaan yang masih baru biasanya belum stabil. Meski pembayaran lunas, umumnya penagihan
sering ditunda-tunda. Ini berpengaruh
pada proses produksi.
No comments:
Post a Comment